KTST Demak Gaungkan Pertanian Organik, Bangkitkan Semangat Petani Tempo Dulu
Sabtu, 3 Mei 2025 | 20:30 WIB
Demak, NU Online Jateng
Semangat kemandirian dan pelestarian kearifan lokal terus digaungkan oleh Kadang Tani Sarwo Tulus (KTST), wadah petani dan pemerhati pertanian di bawah naungan PWNU Jawa Tengah. Di Kabupaten Demak, KTST tampil membawa misi mulia: membangkitkan kembali kejayaan pertanian berbasis organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ketua Konsulat KTST Demak, Ahmad Munif menuturkan, gerakan ini tidak sekadar fokus pada pelatihan dan edukasi, namun juga memperkuat ukhuwah antarpetani Nahdliyin. Menurutnya, struktur organisasi KTST di tingkat kecamatan mulai terbentuk sebagai langkah awal penguatan basis gerakan di akar rumput.
"Setiap kecamatan kini mulai terbentuk pengurus KTST. Ini menjadi pondasi penting dalam memperkuat struktur organisasi dan menyatukan visi perjuangan petani Nahdliyin," ujarnya kepada NU Online Jateng, Sabtu (3/5/2025).
Baca Juga
Fiqih Air dan Perlindungan atas Petani
Munif menyadari, mengajak petani untuk beralih dari pupuk kimia ke sistem pertanian organik bukanlah hal mudah. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya dukungan spiritual dari para masyayikh, terutama Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidillah Shodaqoh.
“Kami mohon doa dan restu agar KTST Demak diberi kemudahan dalam menjam’iyahkan para petani dan menjadi pelopor pertanian sehat bagi daerah lain,” harapnya.
Sebelumnya, keluarga besar KTST Demak menggelar halal bihalal di kediaman KH Nur Ihsan. Dalam kesempatan itu, KH Ubaidillah Shodaqoh mengungkapkan bahwa Demak memiliki potensi besar untuk menjadi pionir pertanian organik di Jawa Tengah. Hal ini didukung oleh infrastruktur pertanian yang kuat dan sejarah panjang kejayaan agraria sejak masa Walisongo.
“Kemandirian petani sangat penting, termasuk dalam hal penyediaan pupuk organik. Ini adalah bagian dari ikhtiar untuk mewujudkan pertanian yang sehat, mandiri, dan berkelanjutan,” tuturnya.
Senada, Ketua PCNU Demak, KH Muhammad Aminudin, menilai kondisi petani saat ini jauh berbeda dibandingkan masa lampau. Ia mengungkapkan bahwa dahulu, para petani hidup dengan penuh semangat dan syukur, merasa lega setelah tanam dan bahagia saat panen.
“Sekarang, justru banyak masalah yang membelit petani, mulai dari biaya produksi hingga ketergantungan pada pupuk kimia,” ujarnya prihatin.
Ia pun mendukung penuh langkah KTST untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur pertanian tradisional seperti gotong royong, hidup hemat, dan menyimpan hasil panen untuk masa depan. Bahkan, Kiai Aminudin membuka peluang penggunaan lahan milik para pengurus PCNU untuk dijadikan sebagai demplot pertanian organik sebagai bentuk keteladanan konkret.
"Intinya adalah komunikasi yang baik dan kemauan bersama untuk berubah. Jika ini dilakukan dengan istiqamah, insyaallah hasilnya akan besar," pungkasnya.