Gus Kautsar Sebut Santri Dilarang Boyong Sebelum Paham Betul Ilmu Nahwu
Rabu, 31 Juli 2024 | 19:00 WIB

KH Abdurrahman Al Kautsar saat menyampaikan mauidzah hasanah di Pondok Pesantren KH ‘Aqiel Siroj Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2024). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube KHAS Media).
Semarang, NU Online Jateng
KH Abdurrahman Al Kautsar tegaskan para santri agar tidak boyong atau pulang ke rumah sebelum paham betul ilmu Nahwu. Hal tersebut disampaikan dalam mauidzah hasanahnya pada acara Haul KH ‘Aqiel Siroj Ke-35 dan Sesepuh Ponpes KHAS Kempek yang digelar di Ponpes KHAS Kempek Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2024).
Gus Kautsar, sapaan akrabnya, turut mengulas beberapa dawuh dari KH ‘Aqiel Siroj yang sangat inspiratif, baik dalam hal mendidik anak, mengaji, hingga nilai-nilai yang menjadikan pondok pesantren tetap eksis hingga saat ini. Dirinya juga menilai metode pengajaran yang diterapkan oleh KH ‘Aqiel Siroj kepada santrinya adalah yang paling menarik.
“Ngaji itu penting dan para guru-guru kita itu sudah menunjukkan semua, bahwa metodologi yang beliau bangun itu adalah metodologi paling menarik yang harus kita pertahankan semuanya. Coba panjenengan lihat, bukan hanya di Kempik saja, tapi pesantren-pesantren yang sampai hari ini bertahan itu adalah pesantren-pesantren yang memang dari awal kemudian mengajarkan ilmu alat,” tutur Gus Kautsar.
Gus Kautsar bercerita bahwa di pondok pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, ada sejumlah santri yang ditanya oleh beberapa orang tentang apa yang para santri pelajari di sana.
“Ngajinya Jurumiyah, Shorof, I’lal, Al-Imriti, Alfiyah, dan lainnya semua itu, karena Rasulullah tidak pernah seperti itu, tidak pernah Rasulullah mengajarkan kamu seperti itu. Lha itu kalau santrinya di Kempek hanya dua tahun kemudian boyong, ya jangan,” kata dia.
Gus Kautsar juga mengaku sangat bangga saat mengetahui bahwa Pondok Pesantren KH KH ‘Aqiel Siroj Kempek Cirebon ini dari awal dibentuknya memang merupakan pondok pesantren Alat. “Wong kita masih ngaji Imriti saja sudah disampaikan “orang itu kalau nggak ngerti Nahwu sebaiknya diam, jangan banyak bicara,” sambungnya.
“Sampeyan sebagai santri kalau tidak sempat belajar Nahwu, jangan sampai boyong kamu. Kamu akan sangat sulit untuk kemudian kamu memahami ilmu-ilmu yang sangat luas luar biasa ini. Kamu tidak ada harganya di mata para kiai, di mata ilmu para santri. Sekali kamu ngotot ngajak debat, pasti langsung kalah kamu, pasti akan kalah kamu, langsung tewas kamu,” tegasnya.
Menurut Gus Kautsar, tanpa mempelajari betul ilmu Nahwu, para santri tidak akan dapat mendalami Al-Qur’an dengan baik dan benar.
“Pelajari Sunnah An-Nabawiyah dengan baik, jangan lupa pelajari Bahas Arab, gramatika Arab dengan baik. Jelaskan Al-Qur’an sejelas-jelasnya, dan sadarilah bahwa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab, positif itu,” kata dia.
Pada kesempatan itu, Gus Kautsar juga menceritakan kisah salah seorang imam ahli hadis, ahli qiraat, ahli tafsir, Imam Waki' bin al-Jarrah ketika sowan kepada gurunya, Sulaiman bin Mihran al-A'masy. Kala itu, Imam Waki' terkadang salah dalam mengucapkan dan membaca harakat sebuah hadits. Seketika itu, Imam al-A'masy langsung menegurnya.
“Kamu ini meninggalkan sesuatu yang jauh lebih penting, jauh lebih istimewa, jauh lebih harus kamu perhitungkan daripada hadis. Beliau bertanya, sebagai seorang pecinta hadits, apa ada yang jauh lebih istimewa dari hadits?,” kata Gus Kautsar mengutip Imam Waki'.
Imam al-A'masy lantas menjawab sesuatu yang dimaksud adalah An-Nahwu. Maka, kemudian Imam al-A'masy mengajari terlebih daulu Imam Waki' dengan ilmu Nahwu, gramatika Arab, kemudian setelah itu mengajari hadits.
“Dan itu adalah sebuah langkah yang selalu diambil oleh pondok pesantren yang ada. Sampeyan lihat lah, sampeyan mau di Sarang, mau di Lirboyo, mau di mana pun, kiai-kiai kita membangunnya sudah tepat, memang seperti itu. Jadi kiyai kita di Nusantara ini adalah kiai yang penuh dengan kebijaksanaan,” kata Gus Kautsar.
Oleh karena itu, menurut Gus Kautsar, ilmu Nahwu sangat penting dipelajari oleh para santri. Kendati demikian, ia meminta kepada para santri agar tidak merasa pandai setelah mempelajari ilmu Nahwu.
“Tapi ya jangan sok, setelah belajar Nahwu kemudian merasa luar biasa, ya biasa saja lah,” pesan Gus Kautsar dengan nada kelakar.
Pengirim: Siti Filzatul Haziyah