Keislaman

Tangis Haru Orangtua Lepas Anaknya di Pesantren, Gus Yusuf Chudlori: Saat Rindu, Bacakan Surat Al-Qur'an Ini untuk Anak

Ahad, 13 Juli 2025 | 08:00 WIB

Tangis Haru Orangtua Lepas Anaknya di Pesantren, Gus Yusuf Chudlori: Saat Rindu, Bacakan Surat Al-Qur'an Ini untuk Anak

Aktivitas harian para santri di pondok pesantren Miftahul Huda, Kroya Cilacap. (Foto: Firdaus)

Semarang, NU Online Jateng 

Hari ini menjadi puncak kedatangan para santri baru maupun lama di banyak pondok pesantren di berbagai daerah. Pondok-pondok kembali hidup dengan hiruk-pikuk kedatangan para santri, yang disambut dengan suka cita oleh para pengasuh, asatidz, dan santri senior.

 

Namun di balik keriuhan itu, ada suasana haru yang tak sedikit dirasakan para orang tua, terutama yang baru pertama kali melepas anaknya mondok. Tangis dan pelukan perpisahan menjadi pemandangan yang lazim di gerbang-gerbang pesantren. Perasaan campur aduk antara sedih, haru, bangga, dan cemas menyelimuti para wali santri.

 

Bagi sebagian orang tua, keputusan menyekolahkan anaknya ke pesantren bukanlah keputusan yang mudah. Namun banyak di antara mereka yang menjatuhkan pilihan itu karena harapan agar sang anak mendapatkan pendidikan agama yang kuat, membentuk karakter berakhlak mulia, serta menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.

 

Pesantren juga dipercaya mampu menjadi tempat yang aman dari pengaruh buruk lingkungan pergaulan serta memberikan suasana belajar yang lebih terfokus.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) ASRI, Tegalrejo Magelang, KH Muhammad Yusuf Chudlori atau yang akrab disapa Gus Yusuf, memberikan pesan menyejukkan kepada para orang tua yang merasa berat melepas anaknya.

 

“Saya memahami rasa berat dan rindu dari para orang tua, apalagi yang baru pertama kali berpisah dengan anaknya dalam waktu yang cukup lama. Tapi yakinlah, anak-anak panjenengan akan baik-baik saja di pesantren,” ucap Gus Yusuf dalam akun media resminya, dikutip NU Online Jateng, Ahad (13/7/2025).

 

Gus Yusuf memberikan saran sederhana namun penuh makna bagi para orang tua yang diliputi rasa rindu.

 

“Kalau orangtua terutama bagi ibu-ibu kangen dengan anaknya, tinggal dibacakan surat Al-Fatihah. Setiap kali teringat, kirimkan Al-Fatihah dengan menyebut namanya. Doa orang tua itu luar biasa mustajab,” ujarnya.

 

Ia juga menyampaikan ijazah (amalan spiritual) yang diwariskan oleh para ulama terdahulu sebagai bentuk dukungan batin bagi anak-anak di pesantren.

 

“Kiai Sirodj Payaman, sesepuh kita memberikan ijazah kepada kita, kepada eyang, kepada kakek, yang akhirnya dilaksanakan oleh Mbah Putri itu setiap malam itu membaca surat Al-Fatihah 41 kali,” terang Gus Yusuf yang juga A’wan Syuriyah PWNU Jawa Tengah.

 

Ia menjelaskan, cara mengamalkannya pun sederhana. Setelah menyebut nama anak (misalnya: fulan bin fulan), bacakan surat Al-Fatihah 41 kali secara rutin setiap malam.

 

“Insyaallah berkah dari surat Al-Fatihah akan sampai kepada anak. Hatinya akan tenang, lembut, mudah menerima nasihat, dan gampang dalam menyerap ilmu,” imbuhnya.

 

Gus Yusuf mengajak para wali santri untuk tidak terlalu larut dalam kekhawatiran, melainkan memperbanyak doa dan kepercayaan kepada pesantren sebagai lembaga yang telah terbukti selama berabad-abad mencetak generasi Islam yang tangguh dan beradab.

 

“Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, tapi juga tempat menempa jiwa dan membentuk karakter. Doa panjenengan adalah penguat utama dari proses itu,” tutupnya.