Regional

Masjid Agung Payaman Magelang Ditetapkan sebagai Masjid Bersejarah oleh LTM PWNU Jateng

Senin, 25 Agustus 2025 | 11:15 WIB

Masjid Agung Payaman Magelang Ditetapkan sebagai Masjid Bersejarah oleh LTM PWNU Jateng

Penyerahan prasasti Masjid Agung Payaman Magelang dari Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh kepada Takmir Masjid

Magelang, NU Online Jateng 

Masjid Agung Payaman di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, resmi ditetapkan sebagai masjid bersejarah oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah. Penandatanganan pengukuhan dan penyerahan prasasti dilakukan pada Ahad (24/8/2025), disaksikan ribuan warga nahdliyin yang memadati kompleks masjid.

 

Penetapan ini menjadi bagian dari program LTMNU Jateng dalam memberikan identitas sejarah pada masjid-masjid NU di berbagai daerah. Ketua LTM PWNU Jateng, KH Nur Akhlis, menyebut kegiatan serupa sebelumnya telah dilakukan di Masjid Agung Blora, Masjid Agung Pati, Masjid Agung Rembang, serta lebih dari 1.200 masjid di Grobogan dan Demak. 

 

“Program plangisasi masjid NU semakin berkembang, alhamdulillah sudah mencapai ribuan masjid di Jawa Tengah,” jelasnya.

 

Meskipun tidak ada catatan resmi mengenai tahun berdirinya, masjid ini diyakini memiliki usia panjang. Cerita turun-temurun menyebut KH Siradj, ulama kharismatik Payaman, melakukan renovasi dan pengembangan masjid pada 1935. Hal itu diperkuat dengan foto dokumentasi yang masih tersimpan di ndalem keturunannya, KH Arif Mahatihul Huda.

 
Bukti foto dokumentasi sejarah yang masih tersimpan  (dok istimewa)
Bukti foto dokumentasi sejarah yang masih tersimpan. (dok istimewa)
 

KH Siradj bukan hanya dikenal sebagai penjaga masjid, tetapi juga pejuang kemerdekaan. Saat perang melawan penjajah, para Laskar Hizbullah berkumpul di Masjid Agung Payaman untuk mendapatkan doa dan suwuk dari beliau sebelum berangkat ke medan perang. Bahkan, Kiai Siradj tercatat ikut berjuang dalam pertempuran Palagan Ambarawa. Makam beliau kini berada di belakang masjid dan terus diziarahi masyarakat dari berbagai daerah.

 

“Beliau sangat aktif dalam mengusir penjajah dan menjadi tokoh penting bagi sejarah Masjid Agung Payaman,” terang KH Arif Mahatihul Huda.

 

Payaman, “Ngupoyo Iman”

Ketua Takmir Masjid Agung Payaman, KH Azhari AH, menjelaskan bahwa sejak dulu masyarakat hanya menyebut masjid ini sebagai Masjid Payaman, tanpa tambahan nama lain. Menurut cerita orang tua dahulu, Payaman bermakna ngupoyo iman (mencari iman). 

 

“Nama ini sederhana, tapi sangat dalam maknanya. Dari dulu Payaman sudah menjadi pusat pembelajaran agama bagi anak-anak, remaja, hingga orang tua. Pengurusnya pun tidak hanya mengurus masjid, tetapi juga mengayomi masyarakat,” jelasnya.

 

Dalam sambutannya, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Magelang KH Ahmad Izzudin Abdurrahman menegaskan bahwa penetapan Masjid Payaman sebagai masjid bersejarah sekaligus yang tertua di Kabupaten Magelang harus menjadi pendorong semangat khidmah warga NU. 

 

“Dengan pengukuhan ini, kita semakin yakin untuk terus berkhidmah di jam’iyyah NU dan berharap mendapat keberkahan,” ujarnya.

 

Sementara itu, Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh menyoroti pentingnya peran masjid. Ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah masjid terbanyak di dunia, mencapai lebih dari 800 ribu masjid. 

 

“Arab Saudi saja kurang dari 400 ribu, Mesir di bawah 300 ribu, Pakistan di bawah 400 ribu. Tetapi di Indonesia ada 52 ribu masjid di Jawa Tengah, rata-rata setiap kabupaten ada 1.500 masjid,” jelasnya.

 

Menurutnya, jumlah masjid yang banyak seharusnya berbanding lurus dengan kemakmuran bangsa. 

 

“Kalau masyarakatnya taat kepada Allah, mestinya di Indonesia tidak ada korupsi, mestinya Indonesia makmur. Tetapi masjid jangan hanya jadi tempat dzikir dan tahlil, melainkan harus menjadi pusat dakwah bil maal, bil hal, dan bil harakah,” pesan Kiai Ubaid.

 

Acara pengukuhan masjid bersejarah ini dikemas dalam bentuk silaturahmi dan penyerahan prasasti Masjid Agung Payaman yang telah ditandatangani oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Ribuan jamaah hadir, bersama para ulama dan pengurus NU dari berbagai tingkatan. Hadir di antaranya Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Ketua LTM PWNU Jateng KH Nur Akhlis, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Magelang KH Ahmad Izzudin Abdurrahman, KH Arif Mahatihul Huda, KH Mahsun Mahfudz, KH Nur Salim, KH Minanurrahman Anshori, serta tamu undangan lain.

 

Tak hanya itu, pengurus LTMNU dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah juga turut hadir, mulai dari Magelang, Grobogan, Rembang, Kendal, Blora, Lasem, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Pekalongan, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Surakarta, Sragen, Klaten, hingga Kota Salatiga. Kehadiran mereka menjadi bukti kuatnya jaringan NU dalam menjaga warisan masjid bersejarah.