Regional

KAMARESA dan KMJS Peringati Hari Kartini: Refleksi Sejarah dan Pemikiran Kartini

Jumat, 25 April 2025 | 11:00 WIB

KAMARESA dan KMJS Peringati Hari Kartini: Refleksi Sejarah dan Pemikiran Kartini

Refleksi Sejarah dan Pemikiran Kartini dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kegiatan ini berlangsung di Landmark Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, Selasa (22/4/2025).

Semarang, NU Online Jateng 

Keluarga Mahasiswa Rembang di Semarang (KAMARESA) bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) menggelar bincang dan diskusi reflektif bertajuk Refleksi Sejarah dan Pemikiran Kartini dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kegiatan ini berlangsung di Landmark Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, Selasa (22/4/2025).


Peringatan Hari Kartini menjadi momen penting untuk mengingat kembali perjuangan Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan gender, hak-hak perempuan, serta akses pendidikan yang merata bagi semua kalangan tanpa memandang jenis kelamin. Sebagai organisasi mahasiswa daerah di lingkungan UIN Walisongo, KAMARESA dan KMJS berkolaborasi menyelenggarakan kegiatan ini sebagai bentuk pemberdayaan perempuan melalui ruang diskusi dan edukasi.


Kegiatan ini diikuti oleh berbagai elemen mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Ketua KAMARESA, Achmad Syauqon Firdaus, bertindak sebagai moderator dalam forum diskusi tersebut.


Diskusi menghadirkan narasumber  Muh Khamdan, akademisi sekaligus Widyaiswara Kementerian Hukum yang juga merupakan putra daerah Jepara. Dalam pemaparannya, Khamdan menelusuri latar sosial historis Jawa pada abad ke-18 hingga 19 yang menjadi konteks lahirnya RA Kartini.


"Pasca perang besar itu, perempuan yang semula bagian dari barisan perjuangan malah dikurung dalam sistem pingitan. Kolonialisme menganggap perempuan harus jinak, tidak berpikir bebas, apalagi berpendidikan," ujar Khamdan.


Ia menegaskan bahwa Kartini merupakan representasi perlawanan terhadap sistem patriarki, feodalisme bangsawan, serta dogma agama yang dijadikan alat pembungkaman. Ia juga menyebut keberanian intelektual Kartini sebagai kelanjutan dari pengaruh kakaknya, Sosrokartono, seorang jurnalis perang yang menetap di Eropa hampir tiga dekade.


"Dari dialektika surat-menyurat dengan tokoh Eropa, Kartini membentuk jaringan diaspora intelektual sejak usia belasan," katanya. Dari pemikiran dan relasi itulah tumbuh kesadaran Kartini akan pentingnya pendidikan sebagai jalan menuju kemerdekaan.


Forum yang dipantik oleh Yusrul Rizannul Muna (KMJS) dan Najih Fawaid (KAMARESA) ini turut membahas kontribusi Kartini dalam berbagai sektor, antara lain pendirian sekolah perempuan pribumi, penyusunan tafsir Al-Qur’an beraksara Pegon, pengembangan motif macan kurung dalam seni ukir, hingga rintisan destinasi bahari di Jepara.


M Yusrul Rizannul Muna, mahasiswa asal Jepara, menyampaikan sejarah R.A. Kartini semasa di Kabupaten Jepara. Ia menuturkan bagaimana 


"R.A. Kartini dapat mengembangkan pendidikan di Kabupaten Jepara melalui pendidikan non formal."


Sementara itu, Najih Fawaid, mahasiswa asal Rembang, menjelaskan kontribusi Kartini selama menetap di Rembang. 


"Gagasan dan ide-ide RA Kartini diwujudkan melalui SMA Kartini yang berada di samping Museum RA Kartini Rembang," ujarnya.


Kegiatan ditutup dengan pernyataan inspiratif dari Najih Fawaid yang mengajak generasi muda untuk terus memperjuangkan cita-cita Kartini. 


"Hai Kartini masa kini, jangan jadi anak manis, jadilah berbahaya, bukankah tugas semua bunga adalah menumbuhkan duri, teruslah melawan," ucapnya.