Boyolali, NU Online Jateng
Belajar agama semestinya runtut atau jangan melompat. Dimulai syariat yang benar lalu beranjak ke hakikat yang tepat. Agar tidak membahayakan diri dan umat.
"Misalnya mempelajari bahasa Arab dengan baik. Salah baca satu harakat saja, maknanya bisa membahayakan," tutur Kiai M Wafir saat menyampaikan taushiyah dalam pertemuan rutin Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, yang di Desa Ketoyan, Wonosegoro, Sabtu (3/9/2022).
Pengasuh Pesantren Al Farich Al Amin Winong, Karangjati, Wonosegoro tersebut mengingatkan agar anggota Ansor jangan asal ikut-ikutan atau taqlid buta. Kader Ansor harus senantiasa belajar. "Mendalami ilmu agama memang tidak mudah. Namun tetap harus diusahakan walaupun usia sudah empat puluh tahun lebih," katanya.
Ia juga mewanti-wanti agar tidak gampang menghina amaliah agama orang lain. "Jangan menghina amaliah agama seseorang. Kita sendiri harus memiliki dasar kuat pada suatu amalan ibadah yang dapat dipertanggungjawabkan sebelum dilaksanakan atau berani mengajak saudara lain," ungkapnya.
Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Wonosegoro, KH Shodiq Dimyati menegaskan bahwa GP Ansor adalah garda terdepan NU yang harus mendukung kemajuan NU dan sekaligus kejayaan Indonesia.
Kepala Desa Ketoyan, Wakidatun mengapresiasi Ansor dan Banser Wonosegoro yang positif di setiap kegiatannya. "Semoga pelaksanaan kegiatan yang diagendakan berjalan lancar," harapnya.
Dalam kesempatan itu, turut hadir Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Boyolali Achmad Kurniawan. Kepada NU Online Jateng, Rabu (7/9), Kurniawan mengatakan, ia mengajak kader Ansor dan Banser, khususnya yang ada wilayah Boyolali untuk belajar dan menyelami kembali baiat yang sudah diucapkan.
Pengirim: Siswanto AR
Jumat, 19 April 2024
Regional
Regional Terbaru
