Jakarta, NU Online Jateng
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin menyampaikan bahwa fungsi masjid harus dioptimalkan dalam membina umat Muslim yang ramah terhadap lingkungan.
Hal tersebut ia sampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Pembinaan Dakwah Ekologi Masjid yang dihadiri oleh pengurus LD PBNU serta pengurus masjid dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi) di Hotel Permata Bogor, Jawa Barat pada Jumat (13/6/2026) malam.
“Yang tidak kalah penting adalah menjadikan masjid sebagai sentra kajian ekologi untuk menumbuhkembangkan kesadaran umat akan kelestarian lingkungan,” ujar Gus Aab, sapaan akrabnya.
Gus Aab menyampaikan bahwa membangun kesadaran umat dimulai dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap posisi manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
“Manusia menjadi khalifah di muka bumi sebagai penghuni yang menggarap untuk kemakmurannya, termasuk alam, bumi, dan seisinya,” ucapnya.
Ia menyampaikan bahwa Islam mengajarkan pemanfaatan alam dengan tetap menjaga kelestariannya.
“Pemanfaatan yang diikuti dengan pengelolaan yang baik, penghematan energi, dan tidak mengurasnya atau tidak mengeksploitasi secara terus menerus,” katanyanya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU HM Silahuddin menyampaikan bahwa dalam manajemen dan kajian di masjid sebaiknya tidak hanya membahas seputar ibadah, tetapi juga bisa mencakup isu yang lebih luas, seperti pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
“Memanajemen masjid itu juga membahas tentang menjaga lingkungan, manusia, dan lainnya,” ujar Silahuddin.
Menurutnya, terdapat tiga kriteria masjid yang ramah terhadap lingkungan. Pertama, pola pikir (mindset).
“Pola pikirnya dibenahi terlebih dahulu, melalui kajian-kajian yang membahas lingkungan. Dari situ, disampaikan bahwa ketika berwudhu gunakan air seperlunya, matikan lampu di siang hari, tidak membuang sampah sembarangan, baik ketika di masjid atau di luar masjid,” tuturnya.
Kedua, keterampilan (skill set). Ia menyampaikan bahwa keterampilan sederhana yang dapat diterapkan di masjid, diantaranya pemanfaatan botol-botol plastik bekas menjadi pot tanaman.
“Kalau habis ada acara dan banyak botol-botol, jangan langsung dibuang, diajak masyarakat sekitar untuk mengolahnya, bisa menjadi pot, bisa menjadi barang yang bermanfaat lainnya,” katanya.
Ketiga, ekosistem. Ia menekankan bahwa pengelolaan masjid harus melibatkan seluruh unsur, baik takmir dan jamaah, dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
“Melibatkan jamaah dalam berbagai kegiatan seperti pengelolaan sampah, pemanfaatan energi terbarukan seperti panel surya, penanaman pohon di kawasan masjid,” ujarnya.
Terpopuler
1
Peringati Hari Jadi Provinsi Jateng ke-80, PC GP Ansor Kendal Gandeng Dinsos Ukur Kaki dan Tangan Palsu untuk Disabilitas
2
NU Care-LAZISNU Tegal Santuni 170 Anak Yatim Piatu, Komitmen Kepedulian Terus Dikuatkan
3
Ansor Camp Temanggung: Satukan Barisan, Mantapkan Pengabdian Kader
4
Enam Kandidat Ikuti Seleksi Akhir Calon Rektor Unsiq Jateng 2025–2029
5
Alfamart dan SGM Eksplor Edukasi Gizi Anak, Sasar 10.000 Ibu di 100 Titik
6
Koin NU Sitail Jatinegara Tegal Salurkan Santunan Yatim: Bukan Sekadar Kaleng, tapi Jembatan Kebaikan
Terkini
Lihat Semua