Buya Husein: Kesetaraan Gender Diwujudkan dengan Saling Membagi Cinta dan Pengetahuan
Selasa, 13 April 2021 | 19:00 WIB
Semarang, NU Online Jateng
Community of Santri Scholar of Minister of Religious Affair (CSSMoRA) UIN Walisongo Semarang kembali menyelenggarakan kegiatan Webinar Nasional. Webinar kali ini mengangkat tema ‘Perempuan dan Feminisme: Perjuangan dan Feminisme', belum lama ini (10/4).
Kegiatan ini merupakan upaya Mahasantri CSSMoRA dalam mengaktualisasi diri dan menumbuhkan kepekaan terhadap masalah sekitar. Acara dibuka langsung oleh Pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi UIN Walisongo Semarang Moh. Khasan.
Webinar ini diselenggarakan secara daring melalui media ZOOM Meeting yang dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB. Ada dua sesi yang dibuka secara bergantian. Sesi pertama dibuka dari pukul 08.00 sampai pukul 11.00 WIB dengan menghadirkan narasumber Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang Siti Rofiah. Setelah itu sesi kedua dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB dengan narasumber pendiri Fahmina Institute KH Husein Muhammad. Kedua sesi tersebut dimoderatori oleh Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, Abdullah Faiz.
Dalam pemaparannya, KH Husein Muhammad yang juga dikenal sebagai pakar tafsir gender Indonesia mengatakan hal yang paling dasar yang perlu diperhatikan bahwa perempuan adalah manusia, sama seperti laki-laki. Bukan pelayan atas yang lain.
Terhadap berbagai tafsir teks-teks keislaman yang timpang, kiai asal Cirebon itu menawarkan kategorisasi teks secara universal dan partikular. Universal itu menyangkut kesetaraan manusia, keadilan, dan kebaikan. Sedangkan yang partikular merupakan teks-teks yang konstektual, yang berusaha menjawab permasalahan yang terikat ruang dan waktu tertentu.
“Ayat yang partikular ini dicontohkan seperti ayat Arrijalu Qawwamuna 'alan nisa, yang kita harus turut bertanya apa dan mengapa atas teks dan pemaknaannya tersebut,” tuturnya.
Ia juga menambahkan terkait kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bukan untuk melawan laki-laki atau melakukan penindasan atas satu pihak. Melainkan agar keduanya saling mewujudkan relasi yang kesalingan membagi cinta, dan membagi pengetahuan.
“Kesalingan ini bisa tumbuh dengan pemahaman bahwa engkau adalah aku yang lain," kata dia.
Perjuangan Panjang
Sementara itu, Siti Rofiah mengatakan bahwa budaya patriarki sudah melekat sedemikian rupa dalam berbagai peradaban dunia. Dominasi laki-laki sudah sedemikian banyak dalam pengetahuan, kehidupan beragama, hingga flyer dan panelis webinar yang sering kita lihat berlalu lalang di sosial media.
“Kita membicarakan struktur yang sudah mapan dan kita ingin mengubahnya. Tentu saja ini merupakan perjuangan yang panjang," ungkapnya.
Diterangkan lebih lanjut olehnya, isu perempuan adalah isu kemanusiaan. Keadilan gender bukan hanya bagian dari masalah perempuan tapi juga masalah bersama sebagai manusia, di mana fokusnya yakni untuk memberikan akses yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam seluruh bidang kehidupan.
“Webinar semacam ini perlu terus diuapayakan untuk meningkatkan sensitivitas gender dan kesadaran hak," ucap perempuan kelahiran Salatiga ini.
Para peserta webinar, selain diikuti dari mahasiswa UIN Walisongo Semarang, juga diikuti oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut Perguruan Tinggi Ilmu Qur'an Jakarta, IAIN Kendari, UIN Sunan Kalijaga, dan dari kalangan umum.
Kontributor: Andi Evan
Editor: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Ahad Kliwonan dan Pelantikan Pengurus NU Se-Tawangsari Digelar di Panggung Alam Taruwongso
2
Pesantren Tarbiyatul Qur’an Al Waro’ Juwiring, Warisi Perjuangan Kiai Muslimin Santri Pendherek KH Al Mansur Popongan
3
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
4
Gerakan Pemuda Ansor: Pilar Pembangunan dan Pemersatu Dinamika Desa
5
Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama
6
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua