• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Kiai NU Menjawab

Apa Hukum Shalat Orang yang Belum Cakap Membaca Surat Al-Fatihah?

Apa Hukum Shalat Orang yang Belum Cakap Membaca Surat Al-Fatihah?
(Ilustrasi: flickr.com)
(Ilustrasi: flickr.com)

Pengasuh Kanal Kiai NU Menjawab.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi  wabarakatuh.

Pak Kiai, Surat Al-Fatihah wajib dibaca pada saat shalat. Bagaimana dengan shalat orang yang belum cukup baik membaca Al-Qur'an, termasuk Surat Al-Fatihah? Terima rima kasih.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Hamba Allah/Jakarta)

 

Jawaban

 

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi  wabarakatuh.

Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Pembacaan Surat Al-Fatihah pada setiap rakaat shalat diwajibkan. Bagi mazhab syafi’I, shalat tanpa pembacaan Surat Al-Fatihah akan dianggap tidak sah. Lalu bagaimana dengan mereka yang belum fasih atau belum cakap membaca Surat Al-Fatihah?

 

 Kami akan mengutip sejumlah pandangan ulama dari mazhab Syafi’i perihal orang yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan membaca Surat Al-Fatihah atau Al-Qur’an secara umum. Berikut ini adalah saran Imam An-Nawawi dalam karyanya Kitab At-Tibyan:

 

 والعاجز عن الفاتحة في هذا كله يأتي ببدلها فيقرأ بقدرها من غيرها من القرآن، فإن لم يحسن أتى بقدرها من الأذكار كالتسبيح والتهليل ونحوهما، فإن لم يحسن شيئا وقف بقدر الفاتحة ثم يركع

 

Artinya, “Orang yang tidak mampu membaca Surat Al-Fatihah dalam semua kondisi itu dapat membaca penggantinya. Ia dapat membaca surat lain dalam Al-Qur’an sebanyak huruf dalam Surat Al-Fatihah. Adapun orang yang tidak terlalu baik dalam membaca Al-Qur’an dapat membaca lafal zikir sebanyak huruf dalam Surat Al-Fatihah, yaitu tasbih, tahlil, dan sejenis keduanya. Kalau juga tidak cakap membaca zikir, ia dianjurkan berdiam dengan durasi pembacaan Surat Al-Fatihah, lalu ia melakukan rukuk, ” (Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, [Kairo, Darus Salam: 2020 M/1441 H], 109-110).

 

Syekh M As-Syarbini Al-Khatib menyarankan orang yang tidak cakap membaca Surat Al-Fatihah untuk membaca tujuh ayat lain dalam Al-Qur’an sebagai pengganti Surat Al-Fatihah dengan jumlah huruf yang minimal setara dengan Surat Al-Fatihah.

 

 فإن عجز عن جميع الفاتحة لعدم معلم أو مصحف أو غير ذلك فسبع آيات عدد آياتها يأتي بها ولو متفرقة لا تنقص حروفها عن حروف الفاتحة

 

Artinya, “Kalau seseorang tidak mampu membaca Surat Al-Fatihah seutuhnya karena ketiadaan guru yang mengajar, mushaf, atau uzur lainnya, maka ia dapat membaca tujuh ayat Al-Qur’an, jumlah ayat pada Surat Al-Fatihah, sekalipun ayat dari surat berbeda, yang jumlah hurufnya tidak kurang dari huruf pada Surat Al-Fatihah.” (Syekh M As-Syarbini Al-Khatib, Al-Iqna fi Halli Alfazhi Abi Syuja, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H], halaman 134).

 

Adapun shalat orang yang tidak cakap membaca Al-Qur’an tetap sah. Kalau ia diangkat menjadi imam, maka shalat berjamaahnya tetap sah dengan catatan makmumnya memliki keterbatasan yang sama dengannya.

 

 فإن كان عاجزا عن الصواب وعن تعلمه فصلاته صحيحة في نفسه وتصح إمامته لمثله

 

Artinya, “Jika seseorang tidak mempu membaca dengan benar dan tidak dapat mempelajari Surat Al-Fatihah, maka shalatnya tetap sah untuk dirinya dan sah kepemimpinan shalat berjamaah untuk makmum yang seperti dirinya,” (Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Syirkah Al-Maarif: tanpa tahun], halaman 61).

 

Imam An-Nawawi menyarankan mereka yang tidak cakap membaca Surat Al-Fatihah supaya berupaya keras melalui pembelajaran. Bahkan, kalau belum memungkinkan membaca Surat Al-Fatihah dengan hafalan, seseorang dapat membaca Surat Al-Fatihah melalui mushaf yang dibeli, disewa, atau dipinjam oleh dari orang lain.

 

 من لا يقدر على قراءة الفاتحة يلزمه كسب القدرة بتعلم أو إلى مصحف يقرؤها منه بشراء أو إجارة أو استعارة

 

Artinya, “Orang yang tidak mampu membaca Surat Al-Fatihah harus berupaya agar mampu membacanya dengan belajar atau dengan mushaf yang dapat dia baca melalui membeli, menyewa, atau meminjamnya,” (Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], halaman 258).

 

Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, Wassalamu ’alaikum wr. wb.

 

(Alhafiz Kurniawan)


Sumber: Hukum Shalat Orang Belum Cakap Membaca Surat Al-Fatihah


Kiai NU Menjawab Terbaru