• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Keislaman

Dua Jenis Perlindungan Allah

Dua Jenis Perlindungan Allah
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Manusia pada umumnya adalah makhluk yang senang jika kebaikannya diketahui banyak orang. Mereka akan merasa jemawa jika kebaikan-kebaikannya dipuji oleh orang lain. hal ini karena hati mereka yang senantiasa bergantung kepada makhluk. Mereka selalu berharap manfaat kepada makhluk dari kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Inilah yang kemudian menimbulkan sifat riya' dalam diri manusia.

 

Namun sebaliknya, manusia pada umumnya tidak suka jika keburukan-keburukan yang ada pada dirinya diketahui oleh orang lain. Mereka tidak mau jika kedudukannya jatuh di mata makhluk karena aib keburukan yang mereka lakukan. Padahal kita tahu manusia pada umumnya selalu dibayang-bayangi oleh aib kemaksiatan.

 

Hal ini karena pengetahuan mereka akan hakikat keimanan telah tertutupi oleh makhluk. Ketergantungan mereka kepada makhluk melebihi ketergantungan mereka kepada Allah. Mereka lebih takut jika kedudukan mereka jatuh di mata makhluk dibanding jatuh di mata Allah, padahal hina di mata makhluk belum tentu hina di hadapan Allah. Oleh karena itu, manusia pada umumnya cenderung meminta agar Allah menutupi segala aibnya dari pandangan orang lain. Mereka tidak ingin martabat mereka jatuh karena maksiat yang mereka lakukan.

 

Hal ini senada dengan firman Allah:

 

يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ ٱلْقَوْلِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

 

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS an-Nisa': 108)

 

Ibnu 'Athaillah dalam kitabnya, al-Hikam (133), telah mengungkapkan perihal jenis tirai (tutup) Allah, dan inilah yang membedakan kualitas keimanan makhluk.

 

الستر على قسمين. ستر المعصية، وستر فيها: فالعامة يطلبون من الله تعالى الستر فيها؛ خشية سقوط مرتبتهم عند الخلق، والخاصة يطلبون من الله الستر عنها؛ خشية سقوطهم من نظر الملك الحق.

 

"Tutup (perlindungan) Allah itu ada dua. Yang pertama adalah Allah menutupi (menghalangi) manusia dari perbuatan maksiat. Yang kedua, Allah menutupi aib-aib manusia yang melakukan maksiat. Manusia pada umumnya berharap Allah menutupi aib-aib maksiat mereka, karena khawatir derajat mereka jatuh di mata makhluk. Sedangkan orang-orang khusus (khas) berharap Allah menutupi (menjauhkan) mereka dari perbuatan maksiat karena khawatir kedudukan mereka jatuh di mata Allah."

 

Dalam tasawuf dikenal dengan istilah 'am dan khas. 'Am adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki derajat keimanan yang biasa seperti manusia pada umumnya. Sedangkan khas adalah istilah untuk orang-orang pilihan Allah Ta'ala yang memiliki derajat keimanan yang tinggi.

 

Dalam hal ini, perbedaan kualitas keimanan seseorang dapat diketahui dari permintaan mereka kepada Allah.

 

Permintaan manusia 'am biasanya cukup pada level ditutupi perbuatan maksiatnya. Mereka berharap pada Allah supaya kemaksiatannya tidak diketahui oleh orang lain. karena mereka khawatir derajat mereka jatuh. Mereka inilah yang tidak memiliki derajat keimanan yang tinggi.

 

Sedangkan permintaan manusia khas adalah berharap untuk ditutupi dari segala perbuatan maksiat. Mereka sangat malu jika mereka jatuh di jurang kemaksiatan. Tentu level permintaan ini lebih tinggi dari level permintaan manusia 'am. Mereka lebih takut derajatnya jatuh dalam pandangan Allah karena melakukan maksiat. Untuk itu, mereka berharap untuk selalu dilindungi dan dijauhkan dari perbuatan maksiat. Mereka inilah yang memiliki derajat keimanan yang tinggi.

 

Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki derajat keimanan yang tinggi, sehingga kita dijauhkan dari segala kemaksiatan dan tidak menjadi hina di mata Allah Ta'ala.

 

 

Muhammad Sya'dullah Fauzi, alumni Madrasah TBS Kudus, mahasiswa Program Magister PBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Keislaman Terbaru