Warta

Wujudkan Swasembada Garam, BUMD Pemprov Jateng Serap 30 Ribu Ton Produksi Petambak Lokal

Rabu, 25 Juni 2025 | 10:00 WIB

Wujudkan Swasembada Garam, BUMD Pemprov Jateng Serap 30 Ribu Ton Produksi Petambak Lokal

Pengolahan garam industri di PT SPJT.

Pati, NU Online Jateng 

Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mewujudkan swasembada garam nasional kini semakin nyata. Melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), Pemprov menggandeng petambak lokal Kabupaten Pati untuk menyuplai kebutuhan garam industri.

 

Pabrik garam industri milik PT SPJT yang resmi beroperasi sejak Juni 2025 atau tiga bulan setelah Gubernur Ahmad Luthfi menjabat, di Desa Raci, Kecamatan Batangan, menjadi salah satu bentuk hilirisasi produksi garam rakyat. 

 

Fasilitas dengan luas 2,5 hektare tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 25 ribu ton garam per tahun, dan seluruh bahan bakunya diserap dari petambak lokal Pati. Total potensi penyerapan bahkan bisa mencapai 30 ribu ton per tahun.

 

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno, menyebut Pati sebagai daerah penghasil garam terbesar kedua setelah Madura, dengan produksi mencapai 150 ribu ton per tahun. Namun, sebagian besar garam tersebut masih perlu diolah lebih lanjut karena kadar natrium klorida (NaCl)-nya belum memenuhi standar industri.

 

“Pabrik garam industri ini hadir sebagai solusi peningkatan kualitas garam rakyat, dari kadar NaCl biasa menjadi minimal 97 persen sesuai kebutuhan industri seperti farmasi, kosmetik, tekstil, hingga pakan ternak,” ungkap Sumarno saat peresmian pabrik, Selasa (24/6/2025).

 

Ia juga menegaskan, keberadaan pabrik ini tak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menjaga kestabilan harga garam hingga tingkat petambak. 

 

“Salah satu manfaat pentingnya adalah kepastian harga bagi para petambak,” imbuhnya.

 

Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, menambahkan, pabrik garam industri ini juga berperan dalam mengurangi ketergantungan pada impor. Pasalnya, kebutuhan garam nasional mencapai 4,9 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri baru mencukupi sekitar 2 juta ton.

 

“Dengan kapasitas 2 ribu ton per bulan dan kualitas garam berkadar NaCl 97 persen serta kadar air hanya 0,5 persen, kami optimistis dapat berkontribusi terhadap program swasembada garam nasional sebagaimana amanat Perpres Nomor 17 Tahun 2025,” jelas Untung.

 

Selain memanfaatkan mesin buatan dalam negeri dan menggunakan bahan bakar gas CNG ramah lingkungan produksi JPEN, SPJT juga telah bekerja sama dengan 21 perusahaan industri yang siap menyerap garam hasil produksi. Total kebutuhan dari 21 mitra tersebut mencapai 1.500 ton per bulan.

 

Kehadiran pabrik ini disambut antusias oleh para petambak. Joko Senawi, salah satu petambak asal Batangan, mengaku terbantu dengan sistem penyerapan garam yang stabil dan harga yang menguntungkan.

 

“Sekarang menjual garam lebih mudah dan harganya juga stabil di angka Rp1.600 per kilogram. Dari satu musim panas enam bulan, saya bisa menghasilkan 130 ton garam dengan kadar NaCl 94 persen,” ungkapnya dengan senang.


Terkait