Di era keterbukaan, kebebasanpun mulai disuarakan, apalagi dengan semakin pesatnya perekembangan ilmu dan teknologi semakin terbuka pula keran kebebasan.
Dahulu, orang-orang bersuara dengan mulutnya, sehingga ada pepatah mulutmu adalah harimaumu, tapi kini suara mulut diwakili oleh jemari tangan yang aktif memainkan keyboard handphone (HP) yang pengaruhnya lebih dahsyat ketimbang mulut yang bersuara.
Pengguna media sosial (medsos) harus cerdas. Karena manakala tidak, bisa-bisa menuai sengsara. Tidak sedikit orang yang gegara tulisannya atau uploadannya di medsos berujung ke ranah hukum dan tidak sedikit yang telah masuk penjara.
Kata mutiara :
يَمُوْتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِّسَـــــانِهِ ۞ وَلَيسَ يَمُوتُ الْمَرْءِ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ
فَعَثْرَتُهُ مِنْ فِيْــــهِ تَرْمِىْ بِرَأْسِـهِ ۞ وَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَى عَلَى الْمَهْلِ
Artinya :
Pemuda bisa mati sebab tergelincir lisannya (salah bicara), tapi tidak mati karena tergelincir kakinya (jatuh). Tergelincirnya mulut bisa melenyapkan kepalanya sementara tergelincirnya kaki sembuh sebentar kemudian.
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng