Pesantren

Pemprov Jateng Gandeng Unicef Wujudkan Pesantren Ramah Anak, Perempuan, dan Difabel

Kamis, 7 Agustus 2025 | 22:10 WIB

Pemprov Jateng Gandeng Unicef Wujudkan Pesantren Ramah Anak, Perempuan, dan Difabel

Wagub Jateng Gus Taj Yasin saat berikan sambutan Sarasehan Kepesantrenan di pesantren Al Fusha Pekalongan.

Pekalongan, NU Online Jateng 

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melibatkan United Nations Children's Fund (Unicef) untuk lebih mewujudkan lembaga pendidikan pondok pesantren ramah anak, perempuan, dan difabel. Roadmap atau perencanaan peta jalannya terus dimatangkan.

 

Hal itu dikatakan Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen dalam Sarasehan Kepesantrenan bertema 'Pesantrenku Ramah sebab Islam itu Ramah', di Pondok Pesantren Al Fusha, Kabupaten Pekalongan, Kamis, (7/8/2025).

 

"Kami rangkul Unicef. Lembaga ini dianggap punya kapasitas menurut penilaian kalangan eksternal, termasuk dari kalangan orang tua santri," katanya. 

 

Sarasehan dihadiri kalangan pengasuh pondok pesantren, diantaranya Gawargis Muda Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. 

 

Mereka memiliki inisiatif gerakan yang sama dalam mewujudkan ponpes yang ramah anak, perempuan, dan difabel.

 

Lebih lanjut, Taj Yasin mengatakan, pelibatan pihak eksternal seperti Unicef dalam mewujudkan pesantren ramah, karena UNICEF memiliki metode atau sudut pandang lain selain internal.

 

Hal itu bisa digunakan untuk saling-silang melengkapi metode perwujudan pesantren ramah anak bersama dengan kalangan internal pondok pesantren.

 

"Jadi kalau penilainnya (metode) dari internal saja kurang kuat," ucapnya.

 

Gus Yasin sapaan akrab Wakil Gubernur Jateng, menambahkan, bilamana ada kasus di dunia pendidikan seperti pondok pesantren, maka harus terbuka atau transparan. Jika ditemui ada perundungan, harus berani diangkat dan disuarakan. Kemudian diikuti dengan solusi.

 

"Jangan dipendam dan nanti malah menjadi gunung es," katanya.

 

Setiap menemui permasalahan, kata Taj Yasin, harus dibicarakan dengan komunikasi yang baik. Dengan keterbukaan, masyarakat akan tahu dan mengerti karena pondok pesantren mau kooperatif.

 

Taj Yasin yang juga Pengasuh Ponpes Al Anwar 4, Sarang, Kabupaten Rembang itu, mengatakan, kalangan pesantren harus memiliki komunikasi yang baik dengan orang tua siswa. Khususnya saat orang tua memercayakan putra-putrinya mendaftar di pesantren.

 

"Harus ada deteksi dini dala mengatasi permasalahan. Screening-nya melalui pembicaraan dengan orang tua. Pondok pesantren harus tahu latar belakang calon anak didik, dan permasalahannya apa," katanya.