Dari Limbah Pisang Menjadi Solusi Lingkungan, Ilham Alkian Raih Gelar Doktor “Enviro-Nano-Material”
Ahad, 24 Agustus 2025 | 17:00 WIB

Dr Ilham Alkian, S.Si., M.Ling., berpose bersama promotor, penguji, dan kedua orang tuanya usai dinyatakan lulus doktor di Undip, Selasa (29/7/2025).
Semarang, NU Online Jateng
Tepuk tangan meriah bergema di ruang sidang utama Gedung A Kampus Pleburan Universitas Diponegoro, Dekan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro selaku Ketua Sidang mengetukkan palu tanda keputusan akhir: Ilham Alkian, dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Suasana haru sekaligus bangga tampak menyelimuti ruangan, ketika pemuda asal Kabupaten Pati itu resmi menyandang gelar doktor.
Seusai dinyatakan lulus, Ilham menundukkan kepala, menyalami promotor, lalu memeluk kedua orang tuanya. Air mata yang menetes di pipinya seolah menjadi jawaban dari perjalanan panjang hamper 10 tahun menimba ilmu di kampus yang sama sejak jenjang sarjana.
“Saya lahir dari keluarga sederhana, dari tangan kasar bapak dan doa lirih ibu yang tidak pernah putus. Gelar ini sepenuhnya untuk mereka,” ucapnya dengan suara bergetar, membuat suasana sidang semakin haru.
Disertasi yang dipertahankan Ilham berjudul Deteksi dan Fotodegradasi Polutan pada Air Limbah Farmasi Menggunakan Material Karbon Dots. Tema ini lahir dari keresahannya terhadap pencemaran antibiotik dan logam berat yang kian marak di perairan Indonesia maupun dunia. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa polutan dari limbah farmasi sering kali luput dari perhatian karena berbentuk transparan, tidak berwarna, dan tetap berbahaya meski dalam kadar sangat rendah.
“Masalah ini bukan hanya isu lokal, tetapi sudah menjadi isu global. Polutan ini tidak terlihat, namun dampaknya besar terhadap lingkungan dan kesehatan manusia,” terang Ilham.
Yang membuat penelitiannya unik, Ilham berhasil mengubah limbah kulit pisang kepok menjadi material canggih bernama karbon dots. Partikel berukuran kurang dari 10 nanometer ini mampu memancarkan cahaya fluoresensi multiwarna yang sensitif terhadap logam berat dan antibiotik. Dari sifat unik cahaya fluoresensi yang sensitif terhadap polutan, karbon dots dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi berbagai logam berat dan antibiotik secara cepat, mudah, dan akurat.
“Dari penelitian ini, paradigmanya bergeser. Deteksi polutan bisa dilakukan lebih sederhana, cepat, dan portabel, tanpa instrumen laboratorium yang mahal,” jelasnya.
Tak hanya berhenti di deteksi, Ilham juga mengembangkan metode remediasi. Ia memodifikasi material fotokatalis dengan karbon dots sehingga mampu memanfaatkan cahaya tampak untuk mendegradasi air limbah farmasi hingga 94 persen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi baru ketika diimplementasikan pada tahap pengolahan tersier di instalasi pengolahan air limbah industri farmasi, rumah sakit, maupun fasilitas kesehatan lainnya.
“Keunggulannya, material ini tidak hanya sekali pakai. Saya kembangkan dalam bentuk film terapung yang stabil, ramah operasional, dan bisa digunakan berulang kali,” paparnya.
Para penguji menilai penelitian ini memberi dua kontribusi sekaligus: teknologi deteksi cepat dan teknologi remediasi berkelanjutan. “Penelitian ini menutup celah penting di bidang pengolahan limbah farmasi. Kebaruan dan potensi aplikasinya sangat menarik” ujar salah satu penguji dalam sidang.
Jejak Ilmuwan Muda
Ilham bukan sosok baru di dunia riset. Berdasarkan data akademiknya, ia telah menerbitkan puluhan artikel di jurnal internasional bereputasi dan memiliki H-index 10 di Google Scholar dan 8 di Scopus.
Ia juga telah tercatat sebagai inventor pada beberapa paten sederhana di bidang nanomaterial aplikasi lingkungan dan medis. Di luar laboratorium, Ilham aktif mengajar dan membimbing mahasiswa. Ia tercatat sebagai analis bidang material maju di Laboratorium Terpadu Undip, sekaligus peneliti di Smart Materials Research Center.
Lahir di Pati pada 8 Januari 1996, Ilham menempuh seluruh pendidikan tinggi di Undip: mulai dari S1, S2, hingga S3, dengan dukungan penuh beasiswa Bidikmisi, Beastudi Etos, BPR Pati, dan PMDSU.
“Undip adalah rumah saya. Tempat saya dibentuk, ditempa, dan dibesarkan,” katanya.
Amanah Baru
Meski resmi menyandang gelar doktor, Ilham menyadari perjalanan akademiknya belum selesai. “Gelar ini bukanlah puncak. Ini amanah untuk terus belajar, mengabdi, dan menebar manfaat. Keberhasilan sejati tidak diukur dari apa yang tampak gemerlap, tetapi dari seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan,” ujarnya dalam sambutan penutup.
Dengan kelulusan Ilham Alkian ini, yang dilaksanakan pada Selasa (29/7/2025) tepat pukul 15.00 siang ini, Universitas Diponegoro kembali menegaskan perannya melahirkan peneliti muda yang mampu memberi jawaban konkret bagi tantangan lingkungan. Inovasi yang lahir dari kulit pisang sederhana menjadi bukti bahwa ilmu bisa berangkat dari hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, tetapi memberi dampak besar bagi masa depan bumi.