Nasional

Muhasabah dan Muraqabah Kunci Soliditas NU Hadapi Tantangan Zaman

Senin, 22 Juli 2024 | 20:00 WIB

Muhasabah dan Muraqabah Kunci Soliditas NU Hadapi Tantangan Zaman

Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sarmidi Husna pada acara Konfercab XXI PCNU Lasem diselenggarakan di Gedung LP Ma'arif Lasem, Rembang, pada Ahad (21/7/2024). (Foto: NU Online Jateng/Rezi)

Rembang, NU Online Jateng

Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sarmidi Husna menekankan pentingnya muhasabah dan muraqabah bagi pengurus NU. Ia mengajak seluruh pengurus NU untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri, terutama melalui forum-forum seperti konferensi dan muktamar.


Hal itu ia sampaikan dalam sambutannya pada acara Konfercab XXI PCNU Lasem diselenggarakan di Gedung LP Ma'arif Lasem, Rembang, pada Ahad (21/7/2024).


"Marilah kita sama-sama muhasabah. Tentu dalam struktur NU sering dilakukan dengan forum-forum seperti konferensi ini, di PBNU ada muktamar. Muktamar dan konferensi adalah forum muhasabah. Kita sebagai pengurus harus mengakui kekurangan-kekurangan kita sambil menata program ke depan yang layak untuk NU," ujarnya.


Ia juga menyoroti masalah rukyah dan hisab yang sering dipertanyakan oleh masyarakat. Meskipun PBNU telah memutuskan untuk mengedepankan rukyah dengan hisab sebagai pendukung, masih ada kebingungan saat hilal tidak terlihat meskipun sudah tinggi.


"Saya sering ditanya oleh kiai-kiai awal bulan hijriyah. Apakah ikut rukyah atau ikut hisab? Kalau PBNU sudah memutuskan kita ikut rukyah, meskipun sudah tinggi karena tidak terlihat, kita harus istikmal. Ini menjadi problem kita hari ini," lanjutnya.


Kiai Sarmidi juga menekankan pentingnya muroqobah atau kewaspadaan terhadap perkembangan situasi, baik di negara maupun di NU. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah kemajuan teknologi.


"Saat ini, apapun yang kita hendaki hampir semuanya ada di teknologi. Sebagian teknologi sudah mempengaruhi kita dan daya pikir kita tidak terpakai. Contoh kecil, dulu Gus Dur hapal lebih dari 6000 nomor telepon, sekarang kita hapal 25 nomor telepon saja sulit karena tergantung pada teknologi," ungkapnya.


Ia mengingatkan bahwa tantangan terbesar para kiai saat ini adalah teknologi. Dulu untuk membuat naskah khutbah butuh waktu lama, sekarang bisa minta dari teknologi kurang dari 5 menit. Kurangnya perhatian terhadap teknologi bisa membuat NU tertinggal."Misal Gus Mus, warga NU, like and subscribe dari sisi itu kita kalah dari kelompok-kelompok lain," tambahnya.


Kiai Sarmidi juga menekankan pentingnya soliditas dan koherensi dalam organisasi NU. Beliau memberikan analogi shalat berjamaah, di mana makmum harus mengikuti imam agar shalatnya sah.


"Pesan dari PBNU, kita berorganisasi ini harus koheren, seperti shalat berjamaah. Imamnya rukuk, makmumnya harus ikut rukuk. Jika tidak bareng, maka shalatnya batal. PBNU rukuk, PWNU, PCNU harus ikut rukuk. Soliditas itu penting karena jika kita tidak solid, kita akan kehilangan tiga hal: kesempatan, energi, dan berkah," jelasnya.


Mengakhiri pidatonya, Kiai Sarmidi mengajak seluruh pengurus NU untuk membangun soliditas dan koherensi demi kemajuan dan manfaat bagi warga NU. "Mari kita bangun NU dengan soliditas dan koheren. Mudah-mudahan bisa maju dan tentu bisa bermanfaat untuk warga NU," pungkasnya.