Khutbah Jumat: Tahun Baru Islam dalam Tradisi Jawa dan Kerukunan Umat Beragama
Kamis, 3 Juli 2025 | 13:00 WIB
Tahun Baru Islam atau 1 Muharram tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Islam, tetapi juga hadir sebagai bagian dari tradisi budaya yang sarat makna, terutama dalam khazanah masyarakat Jawa. Khutbah Jumat kali ini berjudul "Tahun Baru Islam dalam Tradisi Jawa dan Kerukunan Umat Beragama". Semoga bermanfaat!
KHUTBAH PERTAMA
Baca Juga
Khutbah Jumat: Semua Nabi Itu Muslim
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ ٱلْأَيَّامَ دَوْلَةً بَيْنَ ٱلنَّاسِ، وَٱلَّذِي خَلَقَ ٱلزَّمَانَ وَجَعَلَ مِنْهُ ٱلْأَشْهُرَ ٱلْحُرُمَ، وَٱخْتَارَ مِنْهَا شَهْرَ ٱللَّهِ ٱلْمُحَرَّمَ، وَفَضَّلَهُ عَلَىٰ سَائِرِ ٱلشُّهُورِ، نَحْمَدُهُ تَعَالَىٰ وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ٱلَّذِي هَاجَرَ فِي ٱللَّهِ بَاحِثًا عَنِ ٱلْحُرِّيَّةِ وَٱلْعَدَالَةِ وَٱلْكَرَامَةِ، ٱللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا ٱلْـمُسْلِمُونَ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى ٱللَّهِ، فَقَدْ فَازَ ٱلْمُتَّقُونَ، قَالَ تَعَالَىٰ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .﴿وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ الآيَة صَدَقَ اللهُ الْعَظِيمْ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Segala puji dan syukur, marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhānahu wa Ta‘ālā, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan kepada kita nikmat yang tak terhingga: nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat panjang umur sehingga kita dapat memasuki tahun baru Hijriyah ini—bulan Muharram yang penuh makna dan keberkahan. Termasuk juga nikmat kesempatan untuk melaksanakan ibadah shalat Jum’at berjamaah di masjid yang mulia ini, semoga dicatat sebagai amal yang diridhai-Nya.
Shalawat dan salam marilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad sallallāhu ‘Alaihi Wasallam, suri teladan sepanjang zaman yang dengan perjuangan beliau, kita dapat merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Begitu juga kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi‘in, dan para ulama yang terus meniti jalan risalah dan menebarkan cahaya dakwah hingga hari ini.
Jamaah kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa.
Takwa yang diwujudkan dalam sikap istiqamah dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun berbangsa. Jangan sampai kita wafat dalam keadaan berpaling dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (QS. Ali 'Imran: 102)
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita baru saja memasuki bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam, Tahun Baru Islam islam kalender Hijriyyah. Bulan ini juga dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai bulan Suro, bulan penuh perenungan, introspeksi, dan spiritualitas.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ
“Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi.” (QS. At-Taubah: 36)
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ أَفْضَلَ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ ٱللَّهِ ٱلْمُحَرَّمِ (رواه مسلم)
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim)
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Tahun baru Hijriyah ditandai dengan peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah. Sebuah langkah strategis bukan sekadar pindah tempat, tapi peralihan nilai, dari penindasan menuju kebebasan, dari kegelapan menuju cahaya.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bārī menjelaskan bahwa hijrah adalah:
تَرْكُ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Hijrah adalah meninggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah.”
Maka bulan Muharram ini adalah ajakan untuk berhijrah dari akhlak buruk ke akhlak mulia, dari lalai menuju taat, dari benci menjadi kasih, dari pecah menuju persatuan.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Masyarakat Jawa menandai datangnya 1 Suro dengan slametan, doa bersama, tirakat, tapa bisu, dan bentuk perenungan lainnya. Dalam pandangan ulama Ahlussunnah wal Jama‘ah, tradisi seperti ini dapat menjadi wasilah (sarana) untuk mendekatkan diri kepada Allah, selama tidak bertentangan dengan syariat.
Dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidīn, disebutkan:
الْعَادَاتُ إِذَا أَقَرَّهَا الْعُرْفُ، وَلَمْ تُخَالِفِ الشَّرْعَ، تُعْتَبَرُ مِنَ الْمَصَالِحِ الْمُرْسَلَةِ.
"Tradisi yang diakui masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat, maka dapat dianggap sebagai kemaslahatan yang diakui syara'."
Maka mayoritas Ulama’ pendahulu yang berjuang menyebarkan agama islam di Nusantara mereka tidak menolak budaya, tapi meluruskan dan memanfaatkannya untuk syiar dan pemurnian akhlak.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dikisahkan sahabat Bilal bin Rabah hijrah karena penyiksaan dari majikannya. Sahabat Umar bin Khattab hijrah dengan penuh wibawa dan keberanian. Keduanya menempuh jalan hijrah dengan semangat yang sama: menyelamatkan iman.
Dari sini kita belajar: setiap kita hari ini harus berhijrah — meninggalkan maksiat, menanggalkan kemalasan, dan melangkah menuju ibadah serta kerja keras untuk umat dan bangsa.
Rasulullah ﷺ di Madinah hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani, serta menulis Piagam Madinah untuk menjaga kerukunan antarumat.
Dalam kitab Sirah Ibn Hisyam, tertulis bahwa Rasulullah ﷺ menulis:
"Dan bagi mereka (orang-orang Yahudi) agama mereka, dan bagi kaum Muslimin agama mereka. Dan di antara keduanya harus saling menjaga perdamaian."
Maka hijrah juga berarti membangun masyarakat madani yang rukun, damai, serta menghindari kekerasan dan provokasi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَٱسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي أَفَاءَ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ، وَبَصَّرَنَا بِهُدَاهُ، وَجَعَلَ لَنَا فِي ٱلسَّنَةِ ٱلْهِجْرِيَّةِ مَوَاعِظَ وَعِبَرًا، لِنُصْلِحَ بِهَا أَنْفُسَنَا وَنَرْتَقِيَ بِهَا إِلَىٰ مَرَاتِبِ ٱلتَّقْوَىٰ وَٱلصَّلَاحِ. نَحْمَدُهُ تَعَالَىٰ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ.
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِلٰهُ ٱلْخَلْقِ وَمَلِيكُ ٱلْأَمْرِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ٱلْهَادِي إِلَىٰ ٱلرَّشَادِ، وَٱلْدَّاعِي إِلَىٰ ٱلنُّورِ وَٱلْفَلَاحِ. صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أيــُّها النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ وَافْعَلُوْا اْلخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْا عَنِ السَّيِّأتِ ، إنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ ُيصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيّ يآأيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا فَأجِيْبُوْا اللهَ عِبَادَ اللهِ إلى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىٰ مَنْ بِهِ اللهُ هَدَاكُمْ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلى سَيِّدِنا ُمحمَّدٍ وَعَلى ألِه وَصَحْبهِ أجمَعِين وَعَلىٰ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْن وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يآٰأرْحَمَ الرَّاِحمِيْنَ
.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتْ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتْ َاْلأحْيَاِء ِمنْهُمْ وَاْلأمْوَاتْ، إنَّكَ قَرِيْبٌ ُمجِيْبُ الدَّعْوَاتْ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ ُمحَمَّدْ، اَللّهُمَّ أصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ ُمحَمَّدْ ، اَللّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ ُمحَمَّدْ، اَللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينْ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْن. وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا إنْدُوْنِسِيَا هٰذِهِ بَلْدَةً طَيِّبَةً َتجْرِيْ فِيْهَا أحْكَامُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياٰحَيُّ ياٰقَيُّوْمُ ياإلۤهَنَا وإلۤهَ كُلِّ شَيْءٍ هٰذَا حَالُناَ ياٰاللهُ لاَيخْفىٰ عَلَيْكَ. ٱللَّهُمَّ ٱدْفَعْ عَنَّا ٱلْبَلَاءَ وَٱلْوَبَاءَ وَٱلْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، فِي بِلَادِنَا هٰذِهِ وَفِي بِلَادِ ٱلْمُسْلِمِينَ. وَٱجْعَلْ بَلَدَنَا هٰذَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا، سَخَّرْتَ لَهُ ٱلْخَيْرَ وَٱلرَّحْمَةَ وَٱلْبَرَكَةَ، وَسَائِرَ بِلَادِ ٱلْمُسْلِمِينَ. رَبنَّاَ اغْفِرْلَنَا وَلِإخْوَاِننَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإْيمَانِ وَلَاتَجْعَلْ ِفيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أمَنُوْا رَبنَّاَ إنَّكَ رَءُوْفُ الرَّحِيْمِ.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي ٱلْقُرْبَىٰ، وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَاءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَٱذْكُرُوا ٱللَّهَ يَذْكُرْكُمْ، وَٱشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ، وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
Penulis: H Moh Zainal Abidin (Wakil Rais Syuriyah PCNU Kota Surakarta)