• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Regional

Wali Kota Semarang Bakal Kembangkan Makam Mbah Depok Jadi Wisata Religi

Wali Kota Semarang Bakal Kembangkan Makam Mbah Depok Jadi Wisata Religi
Kirab Merah Putih di acara Haul Mbah Depok (Habib Thoha) Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)
Kirab Merah Putih di acara Haul Mbah Depok (Habib Thoha) Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online Jateng
Wali Kota Semarang H Hendrar Prihadi bakal menjadikan makam Mbah Depok (Habib Thoha) menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Semarang. Oleh karena itu area parkir dan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga akan ikut ditata di area makam Mbah Depok.


"Mbah Depok atau Habib Thoha ini juga kita jadikan sebagai salah satu 'tetenger' Kota Semarang. Jadi kemarin sudah kita mulai dengan pembebasan lahan untuk tempat kuliner UMKM dan juga tempat parkir," ungkapnya.


Hal itu disampaikan saat pelepasan kirab merah putih menyambut Haul Mbah Depok di halaman Balaikota, Jalan Pemuda, Semarang, Selasa (17/5) pagi.


Hendi berharap, apa yang dilakukan pemerintah bisa menjadi fasilitas yang memudahkan para peziarah. "Sehingga masyarakat yang ziarah ke makam Habib Thoha ini bisa lebih nyaman dan lebih khusyu' dan menjadi salah satu tempat wisata religi di Kota Semarang," ucapnya. 


Peserta kirab dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono dengan rute dari depan makam Mbah Depok, Kembangsari menuju perempatan Depok lalu ke arah kiri menuju perempatan Bojong (Jalan Pemuda) lalu ke kiri dan menyusuri Jalan Pemuda sampai finish di tempat apel, yakni halaman Balaikota Semarang. 


Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, dirinya hadir untuk memenuhi undangan dari Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Menurutnya, memperingati haul seorang pejuang dengan kirab dan apel Merah Putih merupakan wujud nasionalisme. 


"Ini adalah sebagai bagian dari bentuk kecintaan kepada tanah air dan juga jasa-jasa Habib Thoha bin Yahya yang telah wafat sekian puluh tahun lalu," katanya kepada awak media.


"Jadi saya rasa ini adalah simbol kita menghargai para pendahulu yang memiliki kontribusi yang besar buat kesatuan bangsa ini. Dan juga ajaran-ajaran beliau sisi spiritual untuk negara ini jadi lebih bersatu dan keanekaragaman kita," pungkasnya. 


Jalannya Kirab Merah Putih secara berurutan dimulai dari barisan pasukan Paskibraka, Marching Band, komunitas lintas agama Jawa Tengah, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Pencak Silat Pagar Nusa Kota Semarang, Komando Keamanan Pemuda Muhammadiyah (Kokam) Kota Semarang.


Selanjutnya, Pemuda Pancasila (PP) Kota Semarang, santri yang diwakili Pesantren Raudlatul Qur'an Kauman, dan barisan pelajar perwakilan sekolah dari beberapa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Sementara di barisan mahasiswa terdapat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Semarang.


Selain itu, ada Banser, Pagar Nusa, Kokam, PP, dan santri membawa bendera merah putih sepanjang 100 meter, para pelajar menggunakan seragam dan kostum budaya. Ada juga barongsai, dan barongan yang dimainkan pegiat budaya.


Sementara, di barisan lintas agama terdapat Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Hanief Ismail, Ketua Forum Kerukunan Lintas Agama, KH Taslim Syahlan, Ws (baca; Wingse) Andi Gunawan, dan Romo Aloysius Budi Purnomo Pr yang mengiramakan lagu Syubbanul Wathon, syi'ir tanpa waton, dan lagu-lagu kebangsaan dengan saxophone dari atas mobil.


​​​​​​​Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat


Regional Terbaru