• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Nasional

PBNU: Islam Masuk Ke Indonesia Bawa Paham Aswaja An-Nahdliyah

PBNU: Islam Masuk Ke Indonesia Bawa Paham Aswaja An-Nahdliyah
Peresmian Pesantren NU Kota Tegal (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Peresmian Pesantren NU Kota Tegal (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Tegal, NU Online Jateng
Wakil Ketua Umum PBNU KH Zoelva Musthofa menegaskan, sejak awal Islam masuk di Nusantara merupakan Islam ala ahlussunah wal jamaah atau Aswaja dengan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam kepada para santri.


"Sebelum NU berdiri, pesantren telah berkembang di negeri ini. Karena sebelum Hadratus Syekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari belajar di Makkah, jauh sebelum itu Syekh Katib Sambas, Mbah Mutamakin Pati, Syekh Abdurrouf Assinkili, Mbah KH Nawawi Banten, Mbah KH Sholeh Darat, dan Mbah KH Mahfudz Atturmusi telah lebih dulu belajar di Makkah," tegasnya.


Hal itu disampaikan Kiai Zoelva dalam acara peringatan Hari Santri dan peresmian Pesantren NU Kota Tegal di Jalan KH Abdurrahman Kota Tegal, Jumat (22/10) malam.


Lebih lanjut Kiai Zoelva menjelaskan, Mbah KH Hasyim Asy'ari, RA Kartini, dan KH Achmad Dahlan pernah belajar agama kepada Mbah KH Sholeh Darat Semarang. "Ulama aswaja sangat memperhatikan sanad keilmuan dalam mempelajari Islam hingga bersambung kepada Rasulullah Saw," jelasnya.


Disampaikan, para ulama pendiri NU dapat mengintegrasikan paham keagamaan dengan paham cinta tanah air. "Hal inilah yang menjadi faktor persatuan dan persaudaraan serta persatuan di antara umat sehingga Indonesia dapat merdeka," ujarnya.


Karena itu menurutnya, hari santri yang diperingati dan diakui oleh pemerintah bukan ujug-ujug, melainkan telah berproses melalui musyawarah para kiai saat itu yang kemudian muncul kesepakatan tentang resolusi jihad melahirkan perlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan para penjajah.


"Hingga dikenal sebagai hari pahlawan tanggal 10 November," terangnya. 


Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng HM Muzamil menjelaskan, NU merupakan kebangkitan ulama guna memberikan kasih sayang kepada umat, khususnya dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu. 


"Ciri khas NU adalah setiap amal atau tindakan yang dilakukan harus didasarkan pada ilmu dan ilmu yang diperoleh harus dilakukan sesuai kemampuan dengan ikhlas dan istiqamah dalam kehidupan ini," ungkapnya.


Karena itu lanjutnya, para ulama menulis dan mengajarkan kitab kuning di pesantren pada dasarnya merupakan panduan praktis bagi umat dalam memahami Al-Qur'an dan hadits. "Tanpa ada pengajaran kitab kuning tersebut maka akan sulit memahami Al-Qur'an dan hadits secara langsung," sambungnya. 


Disampaikan, dengan adanya kitab yang ditulis dan diajarkan ulama, maka umat dapat memahami Al-Qur'an dan hadits, sehingga dapat diamalkan sebagaimana pemahaman dan pengamalan Islam sejak Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya serta terus menerus hingga sampai kepada kita bersama.


Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tegal dr H Abdul Hakim mengatakan, Pesantren NU Kota Tegal dibangun tiga lantai di atas tanah wakaf dari almarhum H Ya'kub, biayanya merupakan jariyah pengurus dan warga senilai Rp6 miliar.


"Pesantren NU Kota Tegal ini diasuh oleh KH Ahmad Ridho, alumni pesantren Lirboyo Kediri dengan santri awal sebanyak 18 orang," ucapnya.


Tampak hadir Wakil Ketua Umum PBNU KH Zoelva Musthofa, Ketua PWNU Jateng HM Muzamil, Ketua MUI Kota Tegal KH Abu Khaer, Mustasyar NU Kota Tegal KH Ibrohim, Habib Abdullah Al-Hadad,  Rais PCNU Kota Tegal KH Misbah Musthofa, Ketua Dr Abdul Hakim, jajaran pemerintah daerah kota Tegal, TNI/Polri, dan ribuan jamaah.


Pengirim: Insan Al-Huda


Nasional Terbaru