• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Keislaman

Setelah Baca Taurat, Yahudi Ini Akhirnya Masuk Islam

Setelah Baca Taurat, Yahudi Ini Akhirnya Masuk Islam
Ilustrasi: wdl.org
Ilustrasi: wdl.org

Ibnu Abbas radliyallahu anh  menceritakan, di Syam (Syiria) ada seorang Yahudi yang membaca dan mengkaji kitab Taurat pada hari Sabtu, ternyata ia menemukan ayat-ayat yang menyebutkan tentang sifat dan keadaan Nabi Muhammad   di empat tempat. Mendapati kenyataan ini, ia memotong dan membakarnya. Pada hari Sabtu berikutnya, ia menemukan lagi nama Muhammad di delapan tempat, ia potong lalu membakarnya juga. Pada hari Sabtu berikutnya lagi, ia malah menemukannya di 12 tempat.

 

Yahudi tersebut kemudian berpikir, "Jika aku potong semua yang ada nama atau sifat Muhammad, maka di Taurat itu semuanya menyebutkan tentang sifat Muhammad,"

 

Si Yahudi mencoba mencari informasi kepada orang di sekitarnya tentang ‘siapakah Muhammad?," Teman-temannya menjawab, "Ia adalah pembohong besar. Lebih baik kamu tidak usah melihatnya dan dia tidak melihat kamu,"

 

Merasa tidak puas dengan jawaban tersebut, Yahudi menjawab "Demi kebenaran Taurat Musa, janganlah kamu menghalangi aku untuk berkunjung kepada Muhammad!," Yahudi itu pun berangkat dengan kendaraan yang ia miliki sampai menghabiskan waktu sehari semalam.

 

Sampai memasuki Madinah, orang yang pertama kali ia temui adalah Salman. Karena Salman berparas tampan, Yahudi mengira bahwa Salman adalah Muhammad yang ia kira. Padahal tiga hari yang lalu, Muhammad, seorang Nabi yang dimaksud Yahudi, baru saja wafat tiga hari yang lalu.

 

Salman menangis dan berkata, "Saya adalah pesuruhnya,"

"Dimanakah Muhammad?," tanya Yahudi.

 

Salman berpikir, "Kira-kira, seandainya aku katakan bahwa beliau telah wafat, mungkin ia akan segera pulang. Apabila aku katakan Nabi masih hidup, berarti aku melakukan kebohongan,"

 

Salman lalu menjawab, "Mari aku antar untuk menemui sahabat-sahabat beliau,". Salman pun mengajak si Yahudi masuk ke dalam masjid. Suasana duka tampak masih menyelimuti para sahabat.

 

Yahudi melontarkan salam, "Assalamu'alaika, Ya Muhammad,”. Yahudi mengira, Muhammad ada di antara orang-orang yang berada di dalam masjid.

 

Sahabat-sahabat menangis. Mereka mencoba bertanya kepada seseorang yang baru saja datang, "Siapakah kamu? Kamu memperbarui luka hati kami, mungkin kamu ini orang asing. Apakah kamu belum tahu bahwa Nabi telah wafat tiga hari yang lalu?,"

 

Yahudi berteriak, "Sungguh hatiku sedih. Betapa sia-sia perjalananku. Aduhai, sekiranya ibuku tidak melahirkan diriku. Andai saja aku tidak membaca Taurat. Seumpama saja pada waktu membaca Taurat, aku tidak menemukan ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat Muhammad. Dan sekiranya aku tidak bertemu dengannya setelah aku menemukan ayat-ayat itu,"

 

Yahudi melanjutkan perkataannya, "Apakah Ali ada di sini sehingga ia bisa menyebutkan sifat-sifat Muhammad kepadaku?,"

 

Sayyidina Ali menjawab, "Ada, saya Ali,"

Yahudi bertanya, "Aku menemukan namamu dalam Taurat,"

Sayyidina Ali lalu mencoba menjelaskan, "Rasulullah Muhammad tidak tinggi dan tidak pendek, kepalanya bulat, dahinya lebar, kedua matanya tajam, kedua alisnya tebal, bila tertawa keluar cahaya dari sela-sela giginya, dadanya berbulu, telapak tangannya berisi, telapak kakinya cekung, lebar langkahnya, dan di antara punggungnya, terdapat khatamun nubuwwah,"

 

"Kamu benar, Ali. Memang demikianlah yang disebutkan dalam Taurat. Apakah masih ada sisa bajunya sehingga aku bisa menciumnya?," timpal Yahudi

Ali menjawab, "Masih,".

 

Ali meminta Salman mendatangi Sayyidah Fatimah untuk mengirimkan jubah Rasulullah . Salman mengikuti perintah. Setelah sampai di depan pintu Sayyidah Fatimah, Salman berkata, "Wahai tempat kebanggaan Nabi. Wahai tempat hiasan para wali". Hasan dan Husain terdengar sedang menangis. Salman berusaha mengetuk pintu. Fatimah bertanya dari belakang pintu, "Siapakah yang mengetuk pintu orang yatim?"

 

Salman menjawab, "Saya Salman". Salman menyampaikan pesan Ali. Fatimah pun menangis sembari berkata, "Siapakah yang akan memakai jubah ayahku?"

 

Salman menguraikan kisah yang terjadi sebenarnya. Fatimah pun mengeluarkan jubah yang dimaksud yang sudah ditambal tujuh tempat dengan tali serat kurma kemudian diserahkan kepada Salman.

 

Setelah diserahkan kepada Ali, Ali menciumi jubah tersebut, berikutnya para sahabat gentian menciuminya, baru kemudian diberikan kepada si Yahudi, ia mendapat giliran terakhir mencium jubah Nabi Muhammad seraya berkata "Betapa harumnya jubah ini,".

 

Yahudi bangkit. Ia menuju tempat Nabi dimakamkan. Ia menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, "Wahai Tuhanku, saya bersaksi bahwa Engkau adalah Dzat yang Esa, tunggal, dan tempat bergantung. Saya bersaksi bahwa orang yang berada di dalam kubur ini adalah utusan-Mu dan kekasih-Mu. Saya membenarkan segala apa yang ia ajarkan, Ya Allah, jika Engkau menerima Islamku, maka cabutlah nyawaku sekarang juga,”

 

Seketika itu, Yahudi yang baru saja masuk Islam tersebut langsung jatuh dan kamudian meninggal dunia.

Sayyidina Ali memandikan orang tersebut dan dikubur di Makam al-Baqi'. Wallahu A'lam. (Abul Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi, [Surabaya: Maktabah Dar Al Ilmi], hlm. 533-535)

 

Muhammad Sa’dullah, Pengajar di Pesantren at-Thohiriyyah, Karangsalam, Parakan Onje, Purwokerto.


Keislaman Terbaru