Keislaman

Kisah Kiai Muhammad Kembalikan Seekor Semut ke Sawah

Ahad, 25 Oktober 2020 | 05:00 WIB

Kisah Kiai Muhammad Kembalikan Seekor Semut ke Sawah

ilustrasi: cnnindonesia.com

Mayoritas ulama NU di Indonesia setidaknya mempunyai empat ciri khas yang ada pada pribadi mereka yaitu ahli ibadah (abid), pakar dalam ilmu keislaman / expert (alim), sangat memahami problematika sosial di sekitarnya (faqîhan fî mashâlihil khalqi), dan berorientasi mencari ridhanya Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Ciri-ciri keulamaan itu dapat kita temukan banyak sekali di atas muka bumi Indonesia. Contohnya adalah tentang kisahnya K. Muhammad. Kiai Muhammad selain terkenal ahli ibadah dan terkenal kewaliannya di tengah masyarakat, ia juga tahu betul dengan problematika sosial, sehingga ia menyikapi apapun yang terjadi di sekitarnya dengan pandangan mata kasih sayang (nadzrur rahmah).

 

KH Baqoh Arifin, salah satu putra KH Abdul Hamid, Kajoran, Magelang pernah bercerita bahwa Kiai Muhammad selain menjadi kiai, membimbing umat, juga bertani dan bercocok tanam di sawah sebagaimana warga di sekitarnya. 

 

Suatu saat, ketika Kiai Muhammad usai menjalankan rutinitasnya, ia pulang. Dan ketika sampai di rumah, betapa ia terkejut karena melihat ada seekor semut sawah yang menempel di baju sehingga terbawa sampai di rumah.

 

Baca: Kisah Jamuan Surga dari Kekasih Allah

 

Menyikapi keberadaan semut ini, Kiai Muhammad merasa iba. "Bagaimana pun semut yang terpisah dari komunitasnya akan merasa tidak nyaman." pikir K. Muhammad. Akhirnya Kiai Muhammad berangkat lagi ke sawah dengan membawa seekor semut tersebut. Sampai di sawah, ia letakkan semut tersebut sehingga semut kembali lagi pada keluarga, teman, dan habitatnya semula.

 

Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa kiai-kiai kita mempunyai perasaan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah walaupun hanya sekecil semut. Apalagi kepada sesama manusia yang jelas-jelas dimuliakan oleh Allah, maka tentu akan dihormati oleh Kiai Muhammad.

 

Orang-orang yang mempunyai kasih sayang tinggi di muka bumi ini, pasti akan dikasihi oleh makhluk-makhluk Allah di langit. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad :

 

ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤُﻮﻥَ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ، ﺍﺭْﺣَﻤُﻮﺍ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻳَﺮْﺣَﻤْﻜُﻢْ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ، ﺍﻟﺮَّﺣِﻢُ ﺷُﺠْﻨَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ، ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﺻَﻠَﻬَﺎ ﻭَﺻَﻠَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﻄَﻌَﻬَﺎ ﻗَﻄَﻌَﻪُ الله 

 

Artinya: “Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barangsiapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya (HR. Tirmidzi).

 

Penulis memperkirakan yang dimaksud Kiai Baqoh di sini adalah KH Nur Muhammad, Ngadiwongso, Salaman, Magelang. Kiai Muhammad hidup sezaman dengan Kiai Dalhar, Watucongol, Muntilan, Magelang. [] 

 

Penulis: Ahmad Mundzir

Editor: Muhammad ishom 

 

Tulisan di atas disarikan dari penuturan Ketua PWNU Jawa Tengah KH Muzammil saat peluncuran NU Online Jateng di kantor PWNU Jawa Tengah.