Allah tidak mengharap daging atau darah yang dialirkan dari hewan kurban, tetapi Allah melihat sejauh mana keihlasan dan ketakwaan orang yang berkurban, sedangkan daging hewan kurban adalah perwujudan dari sebuah kepedulian dan kepekaan sosial.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hajj Ayat 37 :
لَنۡ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُـوۡمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰـكِنۡ يَّنَالُهُ التَّقۡوٰى مِنۡكُمۡؕ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَـكُمۡ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡؕ وَبَشِّرِ الۡمُحۡسِنِيۡنَ
Artinya :
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-Hajj : 37)
Tatkala rasa kasih sayang di antara sesama manusia mulai memudar, tatkala rasa persaudaraan di antara kerabat sudah tidak lagi terjaga dengan baik, maka sesungguhnya berkurban di Hari Raya Idul Adha adalah memiliki makna yang sangat besar dalam menumbuhkan kembali rasa kasih sayang di antara sesama manusia, mempererat kekerabatan, menumbuhkan kepekaan sosial, lahirnya rasa kebersamaan serta menghilangkan kecemburuan sosial.
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng tahun 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng