Regional

Tiga Poin Pokok Ilmu Menurut KH Muzammil

Senin, 9 September 2024 | 08:00 WIB

Tiga Poin Pokok Ilmu Menurut KH Muzammil

KH Muhammad Muzammil, memberikan arahan kepada pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) dalam acara Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) yang berlangsung di Pesantren Fadlul Fadlan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Ahad (8/9/2024).

Semarang, NU Online Jateng

Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Muhammad Muzammil, memberikan arahan kepada pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) PWNU Jawa Tengah masa khidmah 2024-2029. Arahan tersebut disampaikan dalam acara Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) yang berlangsung di Pesantren Fadlul Fadlan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Ahad (8/9/2024).


Kiai Muzammil menekankan bahwa seluruh pesantren didirikan berdasarkan ijazah yang telah diperoleh dari pesantren sebelumnya oleh para pengasuh saat mereka masih menjadi santri. 


“Oleh karena itu, perlu dipahami dan diamalkan di lingkungan masing-masing, sehingga keberadaan pondok pesantren NU benar-benar merupakan hasil interaksi positif antar pengasuh,” ujarnya.


Menurut Kiai Muzammil, interaksi yang terjadi di pesantren bukan hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga mencakup interaksi spiritual dan amal.


Lebih lanjut, ia menyampaikan tiga poin pokok yang harus diperhatikan dalam pengelolaan ilmu di pesantren. Pertama, pengembangan ilmu. Kedua, pengamalan ilmu yang telah diperoleh. Ketiga, setiap amal perbuatan harus berlandaskan ilmu yang telah dipahami dan diyakini, sehingga mencerminkan kebangkitan ulama (Nahdlatul Ulama).


"Ilmu bisa berkembang karena diajarkan, dipahami, diyakini, dan diamalkan secara bersama-sama," jelas Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah masa khidmah 2018-2023 tersebut.


Kiai Muzammil juga menegaskan bahwa program kerja yang dirancang harus mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang muncul. Dengan demikian, akan terlihat skala prioritas dari hal-hal yang perlu segera dilaksanakan. Ia menilai, masalah sering kali muncul akibat adanya kesenjangan antara harapan dan realitas di lapangan.


"Tantangan itulah yang harus kita rumuskan solusinya dan jalankan. Jadi, tidak hanya sekadar kegiatan seremonial, tetapi benar-benar memberi manfaat bagi pengembangan pondok pesantren dan masyarakat," tutupnya.


Sebagai informasi, hadir dalam acara tersebut Ketua RMI PWNU Jawa Tengah, KH Ahmad Fadlullah Turmudzi, Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah, KH Nur Machin Chudlori, Pengasuh Ponpes Fadlul Fadlan, KH Fadlolan Musyaffa', serta para pengurus RMI PWNU Jawa Tengah dan pengasuh pondok pesantren se-Jawa Tengah.