Muroja'ahi Sejarah sebagai Basis Keilmuan Lokal, PMII Purworejo Kaji Kitab Muqoddimah Ibnu Khaldun
Sabtu, 10 Mei 2025 | 13:00 WIB

PC PMII Purworejo menggelar kajian Kitab Muqoddimah karya Ibnu Khaldun, Kamis malam (8/5/2025), di Sekretariat Cabang PMII Purworejo.
Purworejo, NU Online Jateng
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Purworejo menggelar kajian Kitab Muqoddimah karya Ibnu Khaldun, Kamis malam (8/5/2025), di Sekretariat Cabang PMII Purworejo. Kegiatan bertema “Sejarah Bukan Hanya Sekadar Cerita Kemarin Sore” ini menjadi ikhtiar kolektif kader PMII dalam memuroja’ahi sejarah sebagai basis keilmuan lokal.
Sekretaris PC PMII Purworejo Wachid Arrof dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Muqoddimah Ibnu Khaldun mengulas sejarah secara mendalam, termasuk fase-fase perkembangan manusia dan kriteria sejarah.
“Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada suatu peradaban manusia di masa lampau yang berhubungan erat dengan keadaan politik, sosial budaya, sebab-akibat, dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dalam pandangan Ibnu Khaldun, sejarah terbagi dalam tiga fase: primitif, peradaban desa, dan fase kemegahan,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa Ibnu Khaldun menyoroti bahaya taqlid buta dan kejumudan sebagai penyebab utama kemunduran peradaban.
“Termasuk faktor kemunduran suatu peradaban ialah taqlid buta dan kejumudan. Taqlid buta berarti mudah percaya terhadap narasi sejarah tanpa analisis kritis. Sedangkan kejumudan di sini berarti kaku dan tidak adaptif terhadap konteks dari suatu narasi sejarah,” tegasnya.
Diskusi dilanjutkan dengan forum terbuka, yang memberi ruang bagi kader PMII untuk bertukar gagasan dalam mengkaji sejarah dari sudut pandang keilmuan.
Ketua I Bidang Kaderisasi PMII Purworejo, Imam Santoso, menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun melalui Muqoddimah-nya mengisyaratkan pentingnya lima kriteria agar suatu peristiwa dapat disebut sejarah.
“Sebenarnya Ibnu Khaldun melalui karya Muqoddimah-nya telah mengisyaratkan kepada kita bahwa sejarah perlu memiliki lima kriteria, yakni kausalitas, kontekstual, sumber data yang tervalidasi, logis pada masanya, dan dapat dianalisis secara komprehensif. Tanpa kelima kriteria ini, suatu peristiwa tidak layak disebut sebagai sejarah,” tuturnya.
Imam menambahkan, kajian ini merupakan bentuk ijtihad sejarah untuk menumbuhkan semangat kolektif dalam proses kaderisasi serta memperkuat pengetahuan sejarah sebagai basis lokal.
“Dengan berjalannya ngaji Muqoddimah Ibnu Khaldun sesi pertama yang penuh antusias ini, sebagai wujud ijtihad sejarah kita bersama, diharapkan dapat meningkatkan spirit kolektifitas kita sebagai insan pergerakan, anggota dan kader PMII Purworejo, dalam berproses di jenjang kaderisasinya masing-masing serta dapat memuroja’ahi kembali keilmuan sejarah sebagai basis pengetahuan lokal PMII Purworejo,” sebut Imam.
Kajian ini dihadiri Ketua I Bidang Kaderisasi PC PMII Purworejo Imam Santoso, Sekretaris PC PMII Wachid Arrof Musthofa yang sekaligus menjadi pemantik, serta Ketua Komisariat PMII An-Nawawi Misbahul Anam, Ketua Rayon Damanhuri Riko Nur Fikri, Ketua Rayon Maisur Sindi Muhammad Fadhil, dan kader PMII Purworejo.
Sebagai informasi, kajian dibuka dengan pembacaan tawassul untuk para muassis PMII dan tokoh pendiri bangsa, dilanjutkan pemaparan materi dan diskusi, serta ditutup dengan tradisi kepungan sebagai bagian dari pelestarian budaya Islam Nusantara.