Ansor Jateng: Pahami Tiga Nalar Islam, Agar Tidak Jadi Seorang Ekstremis
Kamis, 8 April 2021 | 21:00 WIB

Acara bedah buku 'Berislam Secara Moderat' karya Wakil Sekretaris PWNU Jateng Khoirul Anwar, di Semarang, Kamis (8/4). (Dok. NU Online Jateng/ Faiz)
Semarang, NU Online Jateng
Buku Berislam Secara Moderat: Ajaran dan Praktik Moderasi Beragama dalam Islam karya Wakil Sekretaris PWNU Jateng Khoirul Anwar di salah satu toko buku di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/4). Dalam acara itu menghadirkan sejumlah narasumber yakni sang penulis sendiri, kemudian juga Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah, Fahsin M. Faal.
Dalam materinya, Fahsil menjelaskan fenomena yang sekarang tengah terjadi, yakni terkait pergeseran ekspresi keagamaan yang dulunya cenderung biasa-biasa saja, sekarang ada sebagian orang yang mengekspresikan dengan mengagungkan simbol agama.
Ia mencontohkan orang jaman dahulu mengartikan jilbab hanya sebatas kerudung yang dapat menutupi kepala namun akhir-akhir ini ada perbedaan dan dikotomi antara jilbab yang syar’i dan non syar’i. Istilah yang kerap kali didengar adalah gerakan pakaian syar’i atau revolusi jilbab.
"Dulu jilbab itu ya hanya kerudung tidak tau jenisnya apa, tapi sekarang sudah macem-macem ngomong jilbab sangat banyak sekali mereknya juga beragam, ada juga revolusi jilbab ada trend pakaian Islam atau syar’i ekspresi keagamaan ini kemudian diidentikan dengan simbol,” ungkap Fahsin
Kemudian, Fahsin juga menyinggung gerakan ekstremisme yang belakangan ini kembali menjadi perbincangan publik. Ia menjelaskan sebab seorang tidak bisa bersikap moderat artinya bersikap ekstremis, adalah kurangnya memahami dan mempraktikan tiga nalar yang diterapkan dalam Islam yaitu bayani, burhani, dan irfani.
Fahsin menyakini apabila ketiga komponen nalar ini berjalan seimbang maka akan jauh dari ekstremisme. Lebih lanjut, pengurus Ansor tersebut menafsirkan apabila hanya bayani atau tekstualnya saja yang aktif maka akan terjatuh pada ekstrim kanan, kemudian ketika yang aktif hanya burhani saja maka akan liberal begitupun irfani.
“Nalar islam itu ada tiga yaitu tekstualitas berdasarkan wahyu (bayani) dan rasionalitas atau burhani kemudian irfani pengalaman batin, kalau berdirinya itu terpisah akan muncul yang ekstim tadi,” pungkasnya.
Khoirul Anwar selaku penulis buku dan tersebut menambahkan keprihatinanya terhadap kelompok yang mengatasnamakan Islam namun sejatinya mereka malah merusak nama Islam itu sendiri dengan aksi teror yang merugikan orang banyak.
“Ada orang yang mengatasnamakan Islam tapi dia melakukan tindakan dan kekerasan yang menyakiti diri sendiri dan orang lain,” kata alumni Pesantren Lirboyo itu.
Kontributor: Abdullah Faiz
Editor: Ajie Najmuddin