Nasional

Ketua PWNU Jatim Minta Umat Islam Jangan Jauh dari NU dan Pesantren

Kamis, 24 Maret 2022 | 09:00 WIB

Ketua PWNU Jatim Minta Umat Islam Jangan Jauh dari NU dan Pesantren

Ketua PWNU Jatim, KH Marzuqi Mustamar (Foto: NU Online Jateng/Hanin)

Pemalang, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa timur KH Marzuqi Mustamar meminta kepada umat Islam khususnya Nahdliyin untuk tidak jauh-jauh dari Nahdlatul Ulama, kiai, dan pesantren.


"Ikutilah ulama-ulama yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah, ulama-ulama yang ahlussunnah wal jamaah, yang dalam konteks keindonesiaan tergabung dalam Jamiyah Nahdlatul Ulama," tegasnya.


Hal itu disampaikan Kiai Marzuqi yang juga Pengasuh Pesantren Sabilur Rosyad Malang, Jatim saat mengisi mauidhoh hasanah dalam acara Lailatul Firaq (wisuda) Pesantren Salafiyah Kauman, Kabupaten Pemalang pada Sabtu (19/3) malam kemarin.


Kiai Marzuki meminta kepada warga NU untuk tidak mengikuti golongan yang tajsim, golongan yang menyamakan  Allah dengan mahluknya. Golongan yang membayangkan Allah dalam bentuk jasmaniyah. 


“Jadilah alim seperti Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Maimoen Zubair, Mbah Munawwir Krapyak, Mbah Hamid Baedlowi Lasem, Mbah Sahal, Mbah Abdullah Salam, Mbah Mutamakin, Mbah Wahab Hasbullah, Mbah Bisri, Mbah Djazuli Ploso, Mbah Karim, dan Mbah Manap Lirboyo,” pintanya.


Namun jika tidak bisa lanjutnya, maka sekalian pilihan kedua yaitu manut kiai dan manut ulama. Imma an takuna imaman wa imma an takuna makmuman. Pilih jadi Imam, syaratnya alim, kalau ngga bisa ya nawaitu jadi makmum saja.





Disampaikan, ada beberapa golongan yang tidak mau manut pada ulama, tidak mau nderek kiai. Mereka melakukan beberapa penyimpangan tapi tidak sadar. Golongan-golongan di luar NU ada yang tidak mau qunut, tidak mau wirid setelah shalat, tidak mau bersalaman setelah shalat, tidak mau membacakan yasin untuk orang yang wafat, tidak mau menjamu tamu di rumah duka.  


"Jika hanya tidak mau masih mending, bahkan ada yang membidahkan, menuduh amaliyah-amaliyah tersebut sesat. Itu artinya secara tidak langsung mereka mengingkari sunnah karena mengingkari hadits-hadits nabi," tegasnya.


Menurutnya, sebagai orang awam jika di hadapkan dengan orang-orang yang demikian,  jika ditanya tentang sebuah amaliyah mana dalilnya? maka jawab saja “Ra eruh, nderek kiai” (Ga tahu, ikut kiai). Karena yang memiliki kapasitas untuk urusan dalil adalah para ulama. Tugas masyarakat awam adalah melakukan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. 


"Yang bekerja bekerjalah dengan baik. Yang menjual makanan olahlah makanan dengan enak untuk dijual. Yang bekerja di pemerintahan uruslah dengan baik. Yang petani garaplah sawah sebaik-baiknya agar panen banyak. Yang sedang kuliah, belajarlah dengan rajin," ucapnya.


Namun sebagai warga NU, jangan hanya NU thok. Jadilah warga NU yang ngaji tenanan, warga NU yang mengetahui tajwid dengan baik, bacaan al-fatihah benar, bacaan tahiyat-nya benar, karena itu termasuk dari rukun-rukun shalat. 


"Jadilah warga NU yang mengetahui cara mencuci baju yang benar dan sah, mengetahui cara menyembelih ayam yang sah, dan seterusnya. Ini didasarkan pada 'Wa kullu man bighairi ilmin ya’malu ‘amaluhu mardudatun la tuqbalu'. Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu, maka amalnya ditolak, tidak diterima," ungkapnya mengutip dari kitab Az-Zubad–Ibnu Ruslan.


Pengirim: Hanin Nur Laili