Khutbah

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Meraih Keberkahan Dengan Menyambung Tali Silaturrahim

Rabu, 26 Maret 2025 | 10:30 WIB

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Meraih Keberkahan Dengan Menyambung Tali Silaturrahim

Ilustrasi silaturrahim lebaran. Foto: Pinterest

Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1446 H mengangkat judul ”Meraih Keberkahan Dengan Menyambung Tali Silaturrahim”. Khutbah oleh Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Kiai Muhammad Fiky Ardiansyah.

Khutbah Pertama

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اَلْحَمْدُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه،

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

 Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam sehingga kita dapat bersemangat menjalankan ibadah-ibadah. Tidak lupa kita juga harus bersyukur kepada Allah atas nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita, sehingga kita mampu untuk hadir ke masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri berjamaah.

Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. Beliaulah sebaik-baik teladan dalam mengarungi kehidupan.

Marilah kita tingkatkan Iman dan taqwa kita kepada Allah swt, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan berbuat baik kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Hadirin hadirah jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Pagi ini, kita berkumpul di tempat yang penuh berkah ini untuk menyambut datangnya bulan Syawal. Kita telah melepas kepergian Ramadhan. Bulan yang mulia, bulan kebaikan, bulan yang penuh berkah, bulan taubat dan bulan berbagai macam ketaatan dan amal shalih.

Bulan kini itu telah pergi meninggalkan kita.  Setelah berpisah dengan bulan taubat, marilah kita tetap bertaubat. Setelah berpisah dengan bulan ketaatan, marilah kita tetap istiqamah berbuat taat.

Setelah berpisah dengan bulan Al-Qur’an, marilah kita tetap membaca Al-Qur’an. Setelah kita berpisah dengan bulan tarawih, marilah kita tetap melaksanakan shalat-shalat sunnah.

Setelah kita berpisah dengan bulan puasa, marilah kita tetap melaksanakan berbagai puasa sunnah.

اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Hari ini adalah hari yang agung, hari raya yang mulia. Dalam hadits disebutkan bahwa di suatu hari raya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدٌ وَهذَا عِيْدُنَا (رواه البخاري وغيرُه)

Artinya: “Setiap kaum memiliki hari raya dan hari ini adalah hari raya kita” (HR al-Bukhari).

Hari raya adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan dan kebahagiaan kaum Muslimin di dunia adalah ketika mampu menyempurnakan ketaatan kepada Allah.

اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Kata ied berarti perayaan atau bisa bermakna kembali, sedangkan fitri berbuka puasa untuk makan, bisa juga berarti suci. Oleh karena itu dari hadits yang diriwayatkan oleh anas bin Malik Tak sekalipun Nabi Muhammad pergi untuk sholat pada hari raya idul fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya, dalam satu riwayat “Nabi makan buah kurma dalam jumlah ganjil (HR Bukhari)”

Berdasarkan hadits ini maka makna idulfitri adalah dimana umat islam kembali berbuka atau makan. Dalam hukum fikih ini menjadi sebuah kesunnahan untuk makan atau minum sebelum berangkat ke masjid meskipun sedikit.

Sedangkan fitri berarti suci berasal dari kata fathara – yufatiru, bersih dari segala dosa, kesalahan, keburukan, kejelakan. Menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan, dengan catatan telah lulusmelaksanakan ibadah puasa.

Dalam Bahasa Jawa, Idulfitri disebut dengan Lebaran, mengandung maksud: LEBAR, LEBUR, LUBER, LABURLebar, lebaran atau menyudahi darimaksiat. Lebur, lebur dari dosa. Luber, meluber (banyak) dari pahala, luber keberkahan, luber dari rahmat Allah.

Labur, artinya bersih, dilabur menjadi putih tanpa dosa, mungkin sampai terdapat adat mengecat atau melabur rumah ketika menjelang idulfitri.

Terkait hidangan khas lebaran adalah lontong (olo-olone sudah kotong) telah kosong dosa. Juga ketupat atau ngaku lepat, mengaku salah. Rumitnya membuatanya kupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaafmaafan. Sedangkan beras yang dibungkus merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Sedangkan bahan janur bisa diambil kata dari ja’a Nuur, telah datang cahaya atau bias diartikan sejatine nur atau cahaya, cahaya suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama romadhon.

Hadirin hadirah jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Ada hikmah dan makna lain Idul Fitri:

Diriwayatkan dalam kitab Al-Khuthbah Al-‘Ashriyyah karya Ibrahim Muhammad al-Jamal, Bahwa Sayyidina Ali ra. Beliau makan roti yang keras di Hari Raya, lalu disampaikan kepadanya:

“Wahai Amirul Mukminin, di Hari Raya makan roti keras?”

Sayyidina Ali berkata:

“Hari ini adalah Hari Raya bagi mereka yang diterima puasa dan ibadahnya; dan Hari Raya bagi dia yang diampuni dosanya, mendapatkan pujian-terimakasih atas upaya-upayanya, dan diterima amal baiknya. Hari ini bagi kami adalah Hari Raya, besok juga Hari Raya. Hari apapun kita tidak bermaksiat kepada Allah adalah Hari Raya bagi kami.”

Dalam Lathaif al-Ma’arif karya Ibn Rajab al-Ḥambali, Hasan Al-Bashr berkata: “Hari apapun dimana tidak bermaksiat kepada Allah adalah Hari Raya; Hari apapun seorang mukmin mengisinya dengan taat, dzikir, dan syukur kepada Tuannya SWT. adalah Hari Raya baginya.”

Pada suatu hari lebaran, putri-putri Umar bin Abdul Aziz berkata kepadanya: “Besok adalah Hari Raya, dan kami tak memiliki baju baru.”

“Wahai putri-putriku,” kata Umar bin Abdul Aziz, “Hari Raya bukan bagi mereka yang memakai baju baru, Hari Raya adalah bagi mereka yang takut hari ancaman. (Dr. Tahsīn Ali Syirwānī – الشيرواني dalam Alf Qishshah wa Qishshah). “laisal Ied man kana tsaubuhu jadid, lakiinal ied liman tho’atuhu yaziid”

Utsman al-Khuwairī dalam Durrah An-Nāshiḥīn menuliskan bahwa Anas bin Mālik berkata: “Orang Mukmin memiliki lima hari raya, pertama: hari apapun yang ia lewati tanpa ada catatan dosa adalah Hari Raya; kedua: hari di mana ia keluar dari dunia ini dengan iman, syahādah, dan dijaga dari tipu daya syetan adalah Hari Raya; ketiga: hari dimana ia dapat melewati titian (Ash-shirāth), aman dari hiruk-pikuk hari kiamat, dan selamat dari musuh-musuh dan Malaikat Zabbaniyah adalah Hari Raya; keempat: hari dimana dia masuk sorga dan selamat dari Neraka Jahim adalah Hari Raya; kelima: hari dimana dia melihat Tuhannya adalah Hari Raya.

Ma’asyiral jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Di antara perilaku yang ditekankan oleh syariat untuk kita lakukan pada momen bahagia seperti hari raya adalah silaturahim. Rasulullah saw telah memberikan suri tauladan kepada kita untuk menyambung tali silaturahim. Beliau bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya (diberi keberkahan dalam usianya), hendaklah ia bersilaturahim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Menyambung silaturahim dengan kerabat adalah termasuk salah satu kewajiban. Sebaliknya memutus silaturahim adalah termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ (رواه البخاري)

Artinya: “Tidak akan masuk surga (bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga) orang yang memutus silaturahim” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Memutus silaturahim artinya apabila seseorang melakukan sesuatu yang menyebabkan renggang dan putusnya hubungan dengan kerabatnya.

Hal itu seperti tidak mengunjungi mereka dalam momen kebahagiaan atau momen kesedihan, tidak menelepon mereka sama sekali atau tidak mau memberikan bantuan kepada kerabat yang membutuhkan padahal ia mampu.

Oleh karena itu, pada hari Raya Idul Fitri ini kita sangat dianjurkan untuk menyambung silaturahim dengan tetangga, keluarga, kerabat dan sahabat. Di era teknologi seperti saat ini Tidak ada alasan untuk tidak menyambung silaturahim. Silaturahim dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya bisa lewat telpon atau media sosial.

Janganlah kita terjerat dengan tipu daya setan yang mendorong kita untuk mengatakan, “Kerabatku itu telah menyakitiku, maka aku tidak akan mengunjunginya,” “Kerabatku itu tidak mengunjungiku maka aku memutus hubungan dengannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلٰكِنَّ الْوَاصِلَ مَنْ وَصَلَ رَحِمَهُ إِذَا قَطَعَتْ (رواه البخاري)

Artinya: “Orang yang sempurna silaturahimnya bukanlah orang yang membalas silaturahim dengan silaturahim, akan tetapi orang yang sempurna silaturahimnya adalah orang yang menyambung silaturahim terhadap kerabatnya yang memutus silaturahim dengannya” (HR al-Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Marilah kita saling mengingatkan satu sama lain, agar pada momen bahagia di hari raya ini, kita saling silaturahim, saling memaafkan dan saling memberi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَلْيَفْعَلْ (رواه مسلم)

Artinya: “Barang siapa yang dapat melindungi dirinya dari neraka walaupun dengan bersedekah dengan separuh dari buah kurma, hendaklah ia lakukan” (HR Muslim).

Mari kita mulai bersedekah kepada kerabat kita, terutama yang sangat membutuhkan bantuan. Karena bersedekah kepada kerabat tercatat dua pahala, pahala silaturahim dan pahala sedekah.

Selanjutnya, kita bersedekah dan membantu tetangga-tetangga kita yang membutuhkan. Dan jika kita mampu, setelah itu kita bersedekah dan membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, termasuk saudara-saudara kita di Palestina yang sedang mengalami kesulitan.

Dengan sedekah, insyaaallah, kita akan dihindarkan dari berbagai macam keburukan. Bahkan dengan sedekah, kita akan dihindarkan dan dijauhkan dari api neraka serta dimasukkan langsung ke dalam surga.

Mari satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari, hilangkan dengki, benci, iri hati, dendam, sombong, dan bangga dengan yang kita miliki, karena sejatinya penyakit hati jika selalu ditimbun terus menerus akan menjadi penyakit fisik.

Usahakan ketika bersalaman, saling menatap muka dan saling tersenyum, taqabbala Allahu minna waminkum, taqaabbal yaa karim, minal ‘aidin wal faizin.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Demikian khutbah Idul Fitri pada pagi hari yang penuh berkah ini. Semoga Allah amal ibadah dan amal kebaikan kita pada Bulan Suci Ramadhan yang lalu diterima oleh Allah swt.

Semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang. Amiin ya rabbal ‘alamin.

وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua


اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اَلْحَمْدُ    أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه،

قال الله تعالى – يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ تَعاَلَى – إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا — اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَ فَلِسْطِيْنَ وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

 عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

وبالله التوفيق والهداية والرضا والعناية، والله الموفق إلى أقوم الطريق

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Download Khutbah Idulfitri 1446H versi Bahasa Indonesia: DOWNLOAD DISINI

Download Khutbah Idulfitri 1446H versi Bahasa Jawa: DOWNLOAD DISINI


Terkait