Regional

Pengurus NU Memiliki Amanat Melestarikan, Mempertahankan, dan Mengembangkan Ajaran Aswaja

Senin, 11 November 2024 | 17:00 WIB

Pengurus NU Memiliki Amanat Melestarikan, Mempertahankan, dan Mengembangkan Ajaran Aswaja

rutinan Ahad Manis di Masjid Jami Baitul Muslimin, Dukuh Gamprit, Tegalgandu, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Ahad (10/11/2024).

Brebes, NU Online Jateng 

Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tanggung jawab penting untuk melestarikan, mempertahankan, dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris MWCNU Wanasari, Brebes, Akhmad Sururi dalam sambutannya pada kegiatan rutinan Ahad Manis di Masjid Jami Baitul Muslimin, Dukuh Gamprit, Tegalgandu, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Ahad (10/11/2024).


"Sebagai pengurus NU, kita memiliki amanat untuk melestarikan, mempertahankan, dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah. Untuk menjalankan amanat tersebut, pengurus memiliki program kegiatan yang rutin diikuti oleh warga NU. Termasuk kegiatan hari ini, rutinan Ahad Manis yang menjadi program MWC NU Wanasari, bertujuan untuk memelihara ajaran Aswaja. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pengurus ranting untuk bersama-sama menggerakkan kegiatan Ahad Manis," kata Akhmad Sururi.


Sururi berharap agar seluruh pengurus ranting dapat mengajak warga NU di wilayahnya untuk hadir dalam kegiatan Ahad Manis yang dilaksanakan setiap bulan. Ia juga mengimbau seluruh badan otonom di lingkungan NU ranting untuk hadir, sehingga dapat memberikan penguatan ruhani dalam pergerakan bersama.


"Nahdlatul Ulama yang diambil dari kitab Hikam sesungguhnya berporos pada kebangkitan ruhani untuk berdzikir. Mengutip tulisan Gus Dur, nama Nahdlatul Ulama terinspirasi dari kalimat dalam Hikam yang artinya, 'jangan bersahabat dengan orang yang hatinya tidak menggerakkan ingat kepada Allah.' Ini menunjukkan bahwa NU tidak lepas dari mujahadah sebagai ritual untuk membersihkan hati agar selalu ingat kepada Allah," jelasnya.


Sekretaris MWCNU Wanasari tersebut menegaskan bahwa tiga pilar Aswaja, yaitu keimanan (tauhid), fiqih, dan akhlak (tasawuf), merupakan satu kesatuan yang harus tertanam dalam diri setiap nahdliyyin. Ia menekankan pentingnya menjadi NU bukan hanya dalam tampilan luar, melainkan dalam hati dan batin, sehingga ajaran Aswaja benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan.


Sururi juga berpesan kepada seluruh warga NU agar menyekolahkan putra-putri mereka di lembaga pendidikan yang jelas berideologi ke-NU-an, seperti pondok pesantren yang mengajarkan kitab kuning. "Meskipun sekarang banyak lembaga pesantren berdiri pasca terbitnya UU Pesantren, sebagai orang tua hendaknya memilih pesantren yang mengajarkan tradisi dan ideologi Aswaja," imbaunya.


Ia menutup sambutan dengan mengajak seluruh warga NU untuk memperkuat tradisi dan ideologi Aswaja melalui kegiatan rutin, seperti Lailatul Ijtima di ranting-ranting dan kegiatan lain yang mendukung penguatan Aswaja, baik di masjid maupun di mushola.


Kegiatan Mujahadah ini dihadiri oleh Mustasyar PCNU Brebes KH Mas Mansur Tarsudi, KH Sobarudin selaku Rais Syuriah dan H Tobiin, selaku Wakil Ketua Tanfidziyah MWCNU Wanasari.