Regional

Nyai Maftuhah Minan: Menjaga Keberhasilan Pesantren dan Pembentukan Santri Berakhlak Karimah

Selasa, 28 Januari 2025 | 09:30 WIB

Nyai Maftuhah Minan: Menjaga Keberhasilan Pesantren dan Pembentukan Santri Berakhlak Karimah

Halaqah pengasuh pesantren yang diselenggarakan oleh RMI pada Sabtu (25/1/2025)

Kendal, NU Online Jateng

Halaqah pengasuh pesantren yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus ilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menghadirkan Pengasuh Pesantren Nurul Qur’an Kajen, Pati, Nyai Hj Maftuhah Minan sebagai salah satu narasumber, Sabtu (25/1/2025). Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan sejumlah poin penting terkait prinsip dan praktik kepengasuhan pesantren dalam membentuk generasi santri yang berkualitas, mandiri, dan berakhlak mulia.


Mengusung tema Selayang Pandang Kepengasuhan, Nyai Maftuhah Minan menekankan bahwa keberhasilan sebuah pesantren erat kaitannya dengan kebiasaan dan kesukaan para pengasuhnya. Menurutnya, mengasuh pesantren membutuhkan perjuangan luar biasa. Kebiasaan para pengasuh akan membentuk spesialisasi pesantren yang menjadi ciri khasnya.


Ia juga berbagi kisah tentang perjalanan awal Kiai Minan dalam merintis pesantren.


“Dimulai dengan mengajar santri kalong, santri yang hanya datang mengaji tanpa menetap di pesantren, yang lama-kelamaan menjadi santri mukim. Semangat ini menunjukkan betapa besar peran para pengasuh dalam membimbing para santri menuju kemandirian dan kualitas dakwah yang unggul,” ungkapnya.


Nyai Maftuhah juga menyoroti pentingnya pesantren sebagai pelindung akhlak di tengah era modern yang serba robotik. Pesantren harus mampu membimbing santri agar tetap berakhlakul karimah, memenuhi kebutuhan mereka, dan melengkapi keilmuan sesuai perkembangan zaman. Pesantren, katanya, tidak hanya menjadi tempat pembinaan ilmu, tetapi juga wadah untuk menyalurkan bakat anak sesuai syariat.

Dalam menjalankan kepengasuhan, beliau menekankan pentingnya kasih sayang.“Hukuman fisik, perundungan, dan bentuk kekerasan lainnya harus dihindari,” tegas Ketua Umum Jam'iyyah Mudarasatil Qur'an lil Hafizhat (JMQH).


Takzir atau sanksi yang bersifat memberatkan, seperti denda uang, menurutnya tidak efisien. Sebaliknya, suasana pembelajaran yang menyenangkan perlu diciptakan agar santri lebih semangat belajar.


Lebih lanjut, Bu Nyai kelahiran Gresik ini menyampaikan pentingnya komunikasi antara pengasuh dan wali santri. Hal ini bertujuan agar wali santri memahami perkembangan anak mereka selama di pesantren. Selain itu, pengasuh juga diharapkan dapat memfasilitasi pesantren dengan teknologi yang penggunaannya tetap dibatasi agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.


Pengajaran nilai disiplin dan istiqamah, lanjutnya, merupakan bagian penting dari kepengasuhan. Pesantren juga harus menghormati keunikan santri dengan memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat mereka, seperti melalui metode halaqah, bandongan, dan bimbingan media.


“Jangan sampai ada santri yang tertinggal. Mereka perlu dimotivasi secara terus-menerus,” tambahnya.


Sebagai penutup, Nyai Maftuhah mengingatkan bahwa tugas utama pengasuh adalah menghantarkan santri menjadi teladan dalam syiar agama. Kepengasuhan, menurutnya, memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan keilmuan santri serta mempersiapkan mereka menjadi pemimpin dan dai yang berkualitas.


Dengan adanya halaqah ini, diharapkan para pengasuh dapat terus meningkatkan peran dan tanggung jawab mereka dalam menjaga keberhasilan pesantren sebagai pusat pembinaan generasi yang berakhlak mulia.