• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Regional

Habis Gelap Terbitlah Terang Bersumber dari Al-Qur'an

Habis Gelap Terbitlah Terang Bersumber dari Al-Qur'an
Foto: Cover dialog hari Kartini (Foto: Dok)
Foto: Cover dialog hari Kartini (Foto: Dok)

Kendal, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Manba'ul Hikmah Kaliwungu Kendal Gus Rifqil Muslim Suyuthi mengatakan, kalimat yang menginspirasi dari sosok Raden Ajeng Kartini 'Habis Gelap Terbitlah Terang' berawal dari ayat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 257 yang mencantumkan bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur). 


"Kartini sangat terkesan dengan kalimat itu karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya," ujarnya.


Hal itu disampaikan pada acara bincang ramadhan yang digagas oleh influencer Shahnaz Haque dan Ning Imas Fatimatus Zahra dengan tema 'Kartini Masa Kini' pada Kamis (21/4) kemarin.


Dikatakan, kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur'an itu diberi nama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an yang diterjemahkan KH Sholeh Darat yang merupakan juga guru dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari dan juga guru dari pendiri Muhammadiyah yakni KH Ahmad Dahlan.


"Ketika jaman dulu pihak penjajah, selalu menempatkan mata-mata yang mengawasinya karena gerakan yang dilakukan oleh Kartini disinyalir membahayakan bagi pihak Belanda. Maka secara langsung Kartini meminta kepada gurunya Kiai Sholeh untuk menerjemahkan secara langsung," terangnya. 


Kehebatan ulama terdahulu lanjutnya, dalam hal ini Kiai Sholeh menggunakan huruf arab pegon sehingga tidak dicurigai oleh penjajah.



Pengasuh Pesantren Manba'ul Hikmah Kaliwungu Kendal Gus Rifqil Muslim Suyuthi (Foto: Dok)


Narasumber Ning Imas menegaskan bahwa Kartini itu memperjuangkan hak perempuan tidak dengan memanggul senjata tapi dengan ide dan gagasan serta tekad yang kuat. "Yang perlu diteladani oleh Kartini adalah perjuangannya serta kesungguhannya dalam memperjuangkan hak-hak yang sebetulnya, yaitu hak kita sebagai perempuan," ucapnya.


Disampaikan, perempuan itu menjadi ibu, dan menjadi landasan pertama dari generasi bangsa. Jauh sebelum ada isu feminisme sekuler yang kita terima sekarang, banyak sekali dicontohkan oleh Islam sosok perempuan yang hebat. 


"Perempuan itu tidak hanya di rumah saja, ada Sayyidah Khadijah yang membantu dakwah Nabi Muhammad. Sosok seorang perempuan yang bijaksana, cerdas, ahli strategi dagang yang mempunyai multi peran,' ungkapnya.


Peran perempuan sudah diangkat sejak pertama kali syariah diturunkan, begitu pula sosok RA Kartini yang merupakan sosok perempuan yang berbudaya dan beragama. Kartini sendiri berguru pada orang yang ahli pada bidangnya. Kesungguhan dari Kartini inilah yang perlu kita adopsi supaya Kartini-kartini tetap terus tumbuh sampai hari ini dan masa mendatang. 


​​​​​​​Shahnaz menambahkan bahwa yang ingin disampaikan oleh Gus Rifqil dan Ning Imas adalah moral. "Karena yang hilang dari kita adalah akhlak. Pengaruh yang sungguh luar biasa dari lingkungan dan juga globalisasi sehingga kita bukan hanya jadi warga Indonesia tapi warga dunia," tegasnya. 


Jadi menurutnya, dirinya ingin menarik muslimah kembali untuk moral dipraktikkan, yang diajarkan oleh leluhur bangsa kita demikian juga yang diajarkan oleh agama tidak lagi dilihat dalam kehidupan keseharian kita belakangan ini.


"Misalnya sebagai muslimah bajunya pun sudah terlihat ditutup, berhijab tetapi waktu demo tulisan-tulisannya tidak islami seperti yang viral saat demo kemarin," ucapnya.


Ketika ditanya oleh salah seorang netizan apa perasaan Ning Imas menjadi anak perempuan. Dirinya menjawab sebagai anak perempuan pertama dari 4 bersaudara, rasanya seperti iron man. "Pada satu sisi saya harus memiliki kompetensi, kegigihan seperti laki-laki tapi covernya perempuan," pungkasnya.


Kontributor: Nazlal Firdaus Kurniawan


Regional Terbaru