Warta

Fenomena Udara Dingin Selimuti Jawa Tengah, BMKG: Anomali Curah Hujan Berlanjut, Masyarakat Diminta Waspada Kemarau Basah

Rabu, 9 Juli 2025 | 08:00 WIB

Fenomena Udara Dingin Selimuti Jawa Tengah, BMKG: Anomali Curah Hujan Berlanjut, Masyarakat Diminta Waspada Kemarau Basah

Daerah Pasar Karangayu Kota Semarang (Foto: Firdaus)

Semarang, NU Online Jateng 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa curah hujan di atas normal masih akan terus terjadi meskipun Indonesia tengah memasuki musim kemarau. Kondisi ini dikenal sebagai kemarau basah, dan diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2025.

 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, anomali ini telah terpantau sejak Mei lalu. Salah satu penyebabnya adalah melemahnya Monsun Australia yang mengakibatkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat. Dampaknya, awan-awan hujan terus terbentuk di banyak wilayah.

 

“Ini memperkuat potensi hujan yang tidak biasa di musim kemarau,” ungkap Dwikorita dalam konferensi pers daring bertajuk Perkembangan Cuaca dan Iklim, dikutip NU Online Jateng, Rabu (9/7/2025).

 

Selain faktor suhu laut, aktifnya gelombang Kelvin di pesisir utara Jawa dan fenomena pelambatan serta belokan angin di wilayah Jawa barat dan selatan turut memperparah pembentukan awan hujan. 

 

BMKG memastikan bahwa fenomena iklim global seperti ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) saat ini berada dalam fase netral dan tidak signifikan memengaruhi pola cuaca Indonesia.

 

BMKG sebelumnya telah memprediksi sejak Maret 2025 bahwa kemarau tahun ini akan mengalami kemunduran di sekitar 29 persen zona musim (ZOM), terutama di Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT. 

 

Hingga akhir Juni, baru sekitar 30 persen wilayah yang masuk musim kemarau, jauh di bawah angka normal sebesar 64 persen.

 

Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem, terutama di daerah padat penduduk dan wilayah wisata seperti Jabodetabek, Sulawesi Selatan, NTB, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem telah terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.

 

BMKG juga mewaspadai cuaca ekstrem pada sepekan ke depan, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, NTB (termasuk Mataram), serta wilayah tengah dan utara Papua. Puncaknya diperkirakan terjadi pada 10–12 Juli 2025 saat potensi hujan signifikan akan bergeser ke wilayah Indonesia tengah dan timur.

 

Menindaklanjuti situasi ini, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, operator transportasi, serta pemerintah daerah. 

 

Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) telah dimulai di DKI Jakarta dan Jawa Barat dan akan berlangsung hingga 11 Juli 2025, menyesuaikan dengan dinamika cuaca harian.

 

“Kami terus pantau perkembangannya dan menyesuaikan pelaksanaan OMC dengan kondisi terkini,” terang Tri Handoko.

 

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gangguan transportasi. Masyarakat juga diharapkan aktif memantau peringatan dini melalui kanal resmi BMKG, seperti aplikasi InfoBMKG, situs www.bmkg.go.id, media sosial, serta call center 196.