• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Amal Tergantung Penutupnya

Amal Tergantung Penutupnya
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Hadits keempat pada Hadits Arbain mengingatkan kita pada proses penciptaan manusia dari kandungan ibu hingga pada kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Dunia hanyalah tempat sementara.


Seperti seorang musafir, seorang yang telah dilahirkan oleh ibunya sedang berjalan menuju sebuah kampung. Dalam perjalanannya ia mampir sebentar sekadar berteduh, mengambil napas, dan menguatkan diri agar dapat melanjutkan perjalanan kembali. Dunia ini ibarat tempat berteduh menuju kampung yang abadi yaitu akhirat.


Di ujung persinggahan kita itulah akan menentukan, kemana kelak langkah mengarah, kehidupan abadi dalam kenikmatan atau menyengsarakan? Surga atau neraka?


Hadits Rasulullah mengenai awal perjalanan kita dari rahim ibu hingga ke pintu keabadian kelak:


عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: «إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ، فَيَنفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
فَوَالله الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ! إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا.
وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.


Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya, “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang Malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu dia beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia pun memasukinya. Dan sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penduduk neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya.” (HR Al-Bukhari no. 3208 dan Muslim no. 2643)


Menurut An-Nawawi dalam syarah Hadist Arbain, hadits ini berisi dalil tidak bolehnya memvonis masuk surga atau neraka. Meskipun ia melakukan semua jenis kebaikan, atau sebaliknya hanya melakukan kefasikan, seorang tidak boleh puas dengan amalnya atau merasa bangga dengannya. Karena dia tidak tahu apa penutupnya.


Dikutip dari indonesiainside.id, setiap orang seharusnya terus menerus memohon kepada Allah SWT mati dalam husnul khatimah dan berlindungan dari kesusahan yang buruk yaitu su’ul khatimah. Jika dikatakan, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.” (Al-Kahfi: 30)


Zahir ayat ini adalah amal shalih dari orang yang ikhlas diterima oleh Allah. Jika amalan telah diterima, sesuai janji Dzat Yang Maha Pemurah, maka dengan begitu ia terbebas dari su’ul khatimah.


Jawabannya dari dua aspek:

Pertama, hal itu bertalian dengan syarat diterimanya amal dan husnul khatimah. Barangsiapa yang beramal dan ikhlas, maka amalnya tidak akan ditutup kecuali dengan kebaikan selamanya.


Kedua, su’ul khatimah hanya berlaku bagi orang yang buruk amalnya. Yaitu orang yang beramal tapi dicampuri dengan riya (suka pamer) dan sum’ah (ingin didengar/diketahui).


Sebagaimana hadits Nabi SAW: “Sesungguhnya ada dari salah seorang kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga, dalam apa yang nampak pada manusia.” (HR Bukhari no 2898)


Maksudnya, amalannya memang tampak baik di mata manusia, namun batinnya (hatinya) rusak dan nista. Salah satunya, beramal demi mendapatkan kemuliaan dan kemasyhuran di mata manusia. (Baca Hadits Arbain yang pertama soal niat)


Dalam syarah An-Nawawi, Imam Ibnu Daqiq berkata, ini jarang terjadi pada manusia atau bukan sebuah perbuatan yang dominan. Perubahan manusia dari keburukan menuju kebaikan sangat banyak, namun perubahan dari kebaikan menuju keburukan sangat jarang.


Segala puji dan karunia bagi Allah atas hal itu. Ini senada dengan firman-Nya: “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku.” Dalam riwayat lain, “mengalahkan kemurkaan-Ku.”


Syekh Ibnu Utsaimin berkata, dalam hadits di atas mempunyai beberapa faidah, antara lain:

 
  1. Menjelaskan empat fase penciptaan manusia dalam perut ibunya. Pertama, fase sperma 40 hari. Kedua, fase segumpal darah selama 40 hari. Ketiga, fase segumpal daging 40 hari. Keempat, fase peniupan ruh.
  2. Janin sebelum empat bulan tidak dihukum sebagai manusia hidup. Seandainya ia gugur sebelum genap empat bulan, maka tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan.
  3. Jika ia gugur setelah empat bulan, maka dia dihukumi manusia hidup sehingga wajib dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.
  4. Dalam rahim ibu ada malaikat yang ditugaskan meniupkan ruh.
  5. Sebelum bayi lahir, sudah dicatat rezekinya, amalnya, ajalnya serta sengsara atau bahagia.
  6. Kita semestinya berhati-hati dan senantiasa waspada jangan sampai tergelincir dalam kemaksiatan sekejappun, karena ajal tidak ada yang tahu.
  7. Tidak semestinya kita putus harapan, sebab adakalanya manusia melakukan kemaksiatan dalam masa yang panjang, kemudian Allah memberinya hidayah.


Kesimpulannya bahwa ada orang yang beramal seperti amalan surga dan tapi takdir mendahuluinya lalu beramal dengan amalan ahli neraka, artinya ada orang yang dalam beramal bukan karena Allah SWT, namun demi tujuan tertentu. Niat dan hatinya rusak, kebaikannya hanya penampakan semu. Kita semua berlindung kepada Allah SWT dari hal itu. Wallahu a'lam bisshawab


Keislaman Terbaru